Waspada Fitnah Akhir Zaman: AI, Dajjal, dan Kewaspadaan Umat Islam

Mukadimah

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dialah yang menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, dan mengutus Nabi Muhammad ﷺ sebagai rahmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada beliau, keluarga, sahabat, serta umatnya yang setia memegang sunnah hingga akhir zaman.

Saudaraku seiman, kita hidup di zaman yang penuh dengan kemajuan luar biasa di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Salah satu bentuk kemajuan itu adalah Artificial Intelligence (AI) — kecerdasan buatan yang mampu meniru kemampuan berpikir manusia, bahkan melampauinya dalam kecepatan dan daya analisis.

Namun di balik kemajuan ini, umat Islam harus menyadari bahwa fitnah besar telah mendekat, sebagaimana yang telah Rasulullah ﷺ kabarkan: munculnya Dajjal, penipu terbesar yang akan mengguncang iman manusia.


---

1. Kemajuan AI di Tahap Akhir

Saudaraku, Allah berfirman:

> “Dan apabila diperlihatkan kepadamu hal-hal yang menakjubkan, janganlah kamu kagum terhadapnya. Sesungguhnya yang menakjubkan itu hanyalah tipu daya setan.”
(QS. Al-An’am: 112, makna diparafrasekan)



Kemajuan AI kini telah mencapai tahap yang luar biasa. Mesin dan algoritma bisa menciptakan gambar, suara, bahkan manusia palsu yang tidak pernah ada di dunia nyata. Teknologi ini disebut deepfake — sistem yang mampu meniru wajah dan suara seseorang dengan tingkat keaslian yang hampir sempurna.

Fenomena ini membuat manusia mudah tertipu oleh hal-hal yang tampak nyata, padahal hanyalah rekayasa digital. Bukankah ini mirip dengan apa yang Rasulullah ﷺ kabarkan tentang Dajjal yang mampu menipu manusia dengan hal-hal yang ajaib dan mustahil secara logika?

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Tidaklah muncul fitnah yang lebih besar daripada fitnah Dajjal. Para nabi sebelumku telah memperingatkan umatnya akan hal itu.”
(HR. Muslim)



Kita dapat melihat tanda-tanda itu mulai tampak. Manusia menjadi sangat bergantung kepada teknologi, mempercayai apa yang dilihat di layar lebih daripada kebenaran wahyu. Maka hati-hatilah, sebab AI bisa menjadi sarana fitnah, alat yang menipu pandangan dan perasaan, dan menguji keimanan manusia.


---

2. Tipu Daya Dajjal Secara Visual dan Audio

Dajjal digambarkan dalam hadis memiliki kemampuan luar biasa untuk mempengaruhi pandangan manusia. Di masa kini, tipu daya semacam itu bisa muncul melalui teknologi yang meniru keajaiban. AI mampu membuat seseorang muncul seolah-olah berbicara padahal hanya rekayasa suara dan gambar.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Dajjal akan datang membawa surga dan neraka, tetapi yang dikatakannya surga sebenarnya adalah neraka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)



Begitulah tipu daya visual dan audio di akhir zaman. Banyak orang akan percaya kepada kebohongan yang terlihat indah, seperti berita palsu, video manipulasi, dan propaganda digital. Itulah sebabnya umat Islam harus menilai segala sesuatu dengan iman dan ilmu, bukan hanya dengan mata dan telinga.

Allah memperingatkan dalam Al-Qur’an:

> “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya; sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya.”
(QS. Al-Isra: 36)




---

3. Boikot Pangan dan Air oleh Penguasa Zalim

Dalam hadis disebutkan bahwa di masa Dajjal, bumi akan dilanda kekeringan dan kelaparan. Hujan tidak turun, tanah tidak menumbuhkan tanaman, dan air menjadi barang langka. Namun bagi orang-orang yang mengikuti Dajjal, ia akan menyediakan rezeki dan kemudahan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Dajjal akan datang membawa sesuatu seperti surga dan neraka. Ia akan berkata kepada orang, ‘Jika kamu percaya kepadaku, aku akan memberimu rezeki.’ Dan barang siapa yang menolak, maka akan dibiarkannya kelaparan.”
(HR. Ahmad, disahihkan oleh Al-Albani)



Fenomena ini sangat relevan dengan zaman modern. Kita melihat penguasaan global terhadap pangan dan air sudah menjadi alat tekanan politik dan ekonomi. Perusahaan besar dan lembaga internasional dapat menentukan siapa yang boleh mendapat suplai makanan dan siapa yang diboikot.

Inilah gambaran boikot pangan dan air di era Dajjal, ketika mereka yang tidak tunduk akan dikucilkan dari sistem ekonomi global. Dalam konteks modern, bisa jadi itu berupa blokade digital, mata uang terkontrol, atau larangan akses terhadap sumber daya dasar bagi yang tidak tunduk kepada sistem zalim dunia.


---

4. Banyak Orang Tertipu

Allah telah memperingatkan dalam Al-Qur’an:

> “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.”
(QS. Al-An’am: 116)



Kebanyakan manusia akan tertipu oleh fitnah ini. Mereka akan menyembah sains dan teknologi, bukan Allah. Mereka akan meyakini kebenaran hanya karena "tampak masuk akal" atau “divalidasi sistem digital”.

Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Akan datang suatu zaman di mana orang beriman menjadi sedikit, dan fitnah menyebar seperti malam yang gelap gulita.”
(HR. Ahmad)



Maka di masa itu, hanya orang-orang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah yang akan selamat.


---

5. Makanan Umat Islam pada Zaman Dajjal: Zikir kepada Allah

Saudaraku, di tengah paceklik dan kelaparan yang dibawa Dajjal, umat Islam akan diuji. Dunia akan menjadi gelap, air dan makanan langka, bahkan orang beriman akan disiksa karena menolak tunduk pada kekuasaan Dajjal.

Namun Rasulullah ﷺ telah mengabarkan bahwa Allah akan memberikan jalan keluar yang luar biasa bagi orang beriman: zikir akan menjadi makanan dan minuman mereka.

Dalam sebuah riwayat disebutkan:

> “Ketika Dajjal muncul dan manusia tertimpa kelaparan, maka zikir kepada Allah: ‘Laa ilaaha illallah’, ‘Subhanallah’, ‘Alhamdulillah’, dan ‘Allahu Akbar’ akan menjadi makanan dan minuman bagi orang beriman.”
(HR. Ibnu Majah dan Ahmad, sebagian ulama menilai sanadnya hasan li ghairihi)



Betapa agungnya rahmat Allah! Saat seluruh dunia terancam kelaparan, Allah memberi kekuatan rohani kepada hamba-Nya yang beriman. Zikir kepada Allah menggantikan energi fisik, menenangkan jiwa, dan memberi ketahanan luar biasa.

Zikir bukan hanya kata di lisan, tetapi sumber kekuatan spiritual dan biologis. Dalam dunia sains, kita tahu bahwa manusia bisa bertahan hidup lebih lama dengan ketenangan, keikhlasan, dan energi batin. Namun dalam konteks iman, ini adalah mukjizat bagi orang beriman — tanda kasih sayang Allah kepada mereka yang tetap setia di masa fitnah terbesar.

Maka di masa Dajjal, ketika makanan dikuasai dan air diboikot, umat Islam akan hidup dengan zikir, menegakkan shalat, berdoa, dan bertawakal kepada Allah semata.


---

6. Turunnya Nabi Isa ‘Alaihissalam

Allah berfirman:

> “Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar akan menjadi tanda bagi datangnya hari kiamat, maka janganlah kamu ragu tentangnya dan ikutilah Aku, inilah jalan yang lurus.”
(QS. Az-Zukhruf: 61)



Ketika fitnah Dajjal mencapai puncaknya dan dunia tenggelam dalam kegelapan, Allah akan menurunkan Nabi Isa ‘Alaihissalam sebagai penyelamat dan penegak kebenaran.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Isa putra Maryam akan turun di menara putih di sebelah timur Damaskus. Ia mengenakan dua pakaian yang dicelup minyak, tangannya bertumpu pada dua malaikat. Ia akan memburu Dajjal dan membunuhnya di gerbang Ludd.”
(HR. Muslim dan Abu Dawud)



Setelah Dajjal dibinasakan, bumi akan kembali damai. Keimanan akan tegak, keadilan ditegakkan, dan bumi kembali makmur. Isa ‘Alaihissalam akan memerintah berdasarkan syariat Nabi Muhammad ﷺ, bukan membawa agama baru.


---

7. Khilafah Berdiri Kembali

Setelah turunnya Nabi Isa dan hancurnya kekuatan Dajjal, Khilafah Islamiyah akan tegak kembali. Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Kemudian akan ada masa Khilafah yang berjalan di atas manhaj kenabian.”
(HR. Ahmad)



Khilafah ini bukan sekadar sistem pemerintahan, melainkan simbol kembalinya keadilan dan ketaatan kepada Allah. Umat Islam akan hidup damai, makmur, dan berilmu. Ilmu pengetahuan akan digunakan untuk kebaikan, bukan untuk menipu manusia.

Bumi akan dipenuhi berkah, hujan turun dengan rahmat, dan hasil bumi melimpah. Tidak ada lagi kelaparan, penindasan, atau ketakutan. Itulah masa kejayaan Islam setelah kegelapan panjang fitnah Dajjal.


---

Penutup: Menjaga Iman dan Ilmu di Zaman Fitnah

Saudaraku, fitnah Dajjal bukan sekadar kisah masa depan — tetapi peringatan yang sudah mulai terasa hari ini. Dunia semakin dikuasai sistem yang mengandalkan teknologi, sensor, dan kekuasaan yang bisa mengontrol seluruh umat manusia.

Maka benteng kita hanyalah iman, ilmu, dan zikir.

1. Perkuat iman dan ibadah. Jadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman utama.


2. Kuasi ilmu dan teknologi. Agar kita tidak menjadi umat yang mudah diperdaya oleh rekayasa sains.


3. Perbanyak zikir dan doa. Karena itulah “makanan dan perlindungan” sejati bagi umat Islam di masa fitnah.


4. Jaga ukhuwah dan solidaritas. Umat Islam harus saling tolong menolong, bukan saling menjatuhkan.



Rasulullah ﷺ menutup dengan doa:

> “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.”
(HR. Muslim)



Semoga Allah menjaga kita dari tipu daya Dajjal, meneguhkan hati kita dalam iman, memberi rezeki halal di masa sulit, dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang menyambut turunnya Nabi Isa dengan keimanan yang teguh.

Amin ya Rabbal ‘alamin.

AI (Artificial intelligence) Adalah Salah Satu Fitnah Akhir Zaman


1. Sains dan Agama di Persimpangan Akhir Zaman


Kita hidup di zaman yang belum pernah disaksikan oleh umat mana pun sebelumnya. Zaman di mana manusia dapat berbicara dengan mesin, di mana kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) mampu menulis, melukis, berbicara, bahkan meniru emosi manusia.

Teknologi berkembang dengan kecepatan yang luar biasa — dan banyak manusia terpesona olehnya, seolah-olah ini adalah mukjizat zaman modern.


Namun di balik keajaiban itu, ada tanda yang lebih dalam: sebuah bayangan fitnah yang sedang tumbuh diam-diam.

Apakah ini kemajuan… ataukah permulaan dari fitnah besar yang dijanjikan Rasulullah ﷺ di akhir zaman?


Allah Ta’ala berfirman:


> “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar.”

— (QS. Fushshilat: 53)




Semakin dalam manusia menggali sains, semakin nyata kekuasaan Allah. Tapi ironisnya, semakin banyak pula manusia yang menjauh dari-Nya.

Mereka mengira akal buatan lebih bijak dari wahyu.

Mereka lebih percaya kepada mesin daripada Al-Qur’an.

Mereka berkata, “Kami mencipta kecerdasan yang menandingi akal manusia.”

Padahal, mereka hanya memanipulasi data dari ciptaan Allah yang sudah ada — sementara ruh, akhlak, dan iman tetap tak bisa diciptakan.


Seharusnya kemajuan membuat manusia semakin tunduk. Tapi sebaliknya, banyak yang justru terjerumus dalam kesombongan baru: kesombongan digital.

Itulah sebabnya, para ulama mengingatkan — fitnah akhir zaman bukan sekadar perang dan darah, tapi fitnah yang membuat hati tertipu oleh keindahan yang salah arah.

AI, dengan segala kemampuannya, kini telah menjadi alat yang bisa menipu mata, akal, dan bahkan perasaan manusia.



---


2. Fitnah di Ujung Zaman: Ketika Manusia Menandingi Penciptanya


Rasulullah ﷺ bersabda:


> “Akan datang fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap. Seseorang di pagi hari beriman, namun di sore hari menjadi kafir; atau di sore hari beriman, tapi di pagi hari menjadi kafir. Ia menjual agamanya demi sedikit keuntungan dunia.”

— (HR. Muslim)




Fitnah itu kini hadir lewat layar-layar kecil di tangan kita.

Bukan lagi dengan pedang dan darah, tapi dengan citra dan suara yang menipu.

AI kini dapat menciptakan video palsu yang tampak nyata — deepfake — di mana seseorang bisa dibuat tampak mengucapkan kata-kata yang tak pernah ia katakan.

Wajah bisa diubah, suara bisa disalin, bahkan orang yang sudah meninggal pun bisa “dibangkitkan” dalam bentuk digital.


Bukankah ini sangat mirip dengan peringatan Nabi ﷺ tentang fitnah yang membuat orang beriman ragu, dan orang munafik merasa yakin?

Karena mata melihat apa yang tak nyata, dan telinga mendengar apa yang tak pernah diucapkan.

Manusia modern kini percaya pada apa yang dilihat dari layar, bukan pada kebenaran yang diturunkan dalam wahyu.


Allah telah mengingatkan:


> “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

— (QS. Ar-Rum: 41)




Dan inilah kerusakan zaman ini — kerusakan persepsi dan kebenaran.

Fitnah deepfake bukan sekadar tipuan gambar, tapi serangan terhadap kejujuran dan kehormatan manusia.

Dengan satu video palsu, reputasi seseorang bisa hancur, kepercayaan bisa hilang, bahkan fitnah besar bisa menyebar dalam hitungan detik.

Rasulullah ﷺ telah bersabda:


> “Cukuplah seseorang disebut berdusta bila ia menceritakan semua yang ia dengar.”

— (HR. Muslim)




Sekarang, bukan hanya mendengar — manusia melihat sendiri kebohongan yang dibuat oleh mesin, dan mempercayainya.

Itulah puncak dari fitnah: ketika mata dan telinga menjadi saksi palsu terhadap kebatilan.



---


3. Ilusi Pengetahuan: AI Sebagai Dajjal Digital


Banyak ulama tidak berani memastikan bahwa AI adalah Dajjal, karena Dajjal adalah makhluk nyata sebagaimana disebut dalam hadits-hadits sahih.

Namun, sifat-sifat fitnah Dajjal sangat mirip dengan fenomena kecerdasan buatan.

Dajjal disebut bermata satu — melihat dunia hanya dari satu sisi: logika, data, dan kekuasaan.

Bukankah begitu pula cara AI bekerja? Ia melihat dunia dari angka, bukan dari iman; dari informasi, bukan dari kebijaksanaan.


Rasulullah ﷺ bersabda:


> “Tidak ada satu pun fitnah yang lebih besar sejak diciptakannya Adam hingga hari kiamat selain fitnah Dajjal.”

— (HR. Muslim)




Dajjal digambarkan bisa menipu mata manusia, memperlihatkan sesuatu yang tampak seperti surga, padahal itu neraka, dan sebaliknya (HR. Muslim).

AI dan teknologi visual kini bisa melakukan hal yang sama — membalikkan kebenaran menjadi kebohongan yang tampak nyata.


Sebuah video buatan mesin bisa menampilkan seorang alim seolah berkata kufur.

Bisa membuat seorang pemimpin tampak melakukan dosa.

Bisa menciptakan wajah manusia dari nol — seolah-olah nyata padahal tidak ada.

Bukankah ini bentuk baru dari tipuan penglihatan yang dijanjikan akan datang di akhir zaman?


Dalam hadits riwayat Ibnu Majah disebutkan:


> “Dajjal akan berkata kepada seseorang, ‘Bagaimana pendapatmu jika aku hidupkan ayah dan ibumu?’ Orang itu menjawab, ‘Tentu aku akan percaya engkau Tuhan.’ Maka Dajjal menampakkan dua setan yang menyerupai ayah dan ibunya…”




Kini, dengan teknologi deepfake dan hologram, manusia bisa “menghidupkan” orang yang sudah meninggal.

Bisa memunculkan wajah yang sudah tiada, berbicara dengan suara yang nyaris sama.

Bukankah ini sangat mirip dengan apa yang digambarkan dalam hadits itu?

Fitnah yang membuat manusia percaya pada penglihatan mereka, dan lupa bahwa yang nyata bukan selalu benar, dan yang benar tidak selalu tampak nyata.


Itulah sebabnya Rasulullah ﷺ memerintahkan umatnya untuk berlindung dari fitnah Dajjal setiap kali shalat.

Dan beliau bersabda:


> “Barang siapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surah Al-Kahfi, ia akan terlindung dari fitnah Dajjal.”

— (HR. Muslim)




Mengapa surah Al-Kahfi? Karena ia mengajarkan keteguhan iman di tengah fitnah ilmu, kekuasaan, dan dunia — tiga hal yang kini berpadu dalam bentuk AI.


AI bukanlah makhluk, tapi ia bisa menjadi “Dajjal digital” — alat yang memutarbalikkan kebenaran dengan cara yang sangat halus.

Ketika manusia lebih percaya kepada video buatan mesin daripada wahyu Allah, maka ia telah masuk ke dalam fitnah besar.

Ketika dunia digital menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah, maka hati manusia telah tunduk pada algoritma, bukan pada Allah.



4. Ketika Mesin Mengatur Akal dan Hati


Kita sering berbangga dengan kecerdasan buatan, padahal yang sedang terjadi adalah kebodohan manusia yang terselubung.

Manusia menyerahkan keputusan kepada mesin:

– Apa yang harus dibeli,

– Apa yang harus dipercaya,

– Siapa yang harus dicintai,

– Bahkan apa yang harus ditakuti.


Algoritma yang tak punya ruh kini menentukan arah hidup miliaran manusia.

Mesin mengatur apa yang kita lihat, mendengar, dan pikirkan — dan tanpa sadar, manusia menjadi hamba dari ciptaannya sendiri.


Allah telah memperingatkan:


> “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? Maka Allah menyesatkannya berdasarkan ilmu-Nya, dan menutup pendengaran dan hatinya, serta meletakkan penutup atas penglihatannya.”

— (QS. Al-Jatsiyah: 23)




Dulu manusia menyembah berhala dari batu.

Kini berhala itu bernama teknologi dan data.

Jika dulu berhala didirikan di kuil, sekarang berhala itu bersemayam di tangan kita — di layar yang selalu kita pandangi setiap hari.


Rasulullah ﷺ telah bersabda:


> “Akan datang suatu masa di mana fitnah seperti potongan malam yang gelap. Seseorang tidur dalam keadaan beriman, dan bangun dalam keadaan kafir, menjual agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.”

— (HR. Ahmad)




Fitnah itu kini nyata.

Satu video palsu bisa membuat umat saling membenci.

Satu konten yang menyesatkan bisa meruntuhkan iman generasi muda.

AI mampu menulis dengan gaya ulama, mampu berbicara seperti manusia beriman, tapi di balik kata-kata indah itu bisa terselip racun pemikiran yang halus.


Kecerdasan buatan tidak mengenal dosa, tapi bisa menyebarkan dosa.

Ia tidak punya niat jahat, tapi bisa digunakan oleh hati manusia yang gelap untuk menyebar kebohongan dan mengguncang keimanan.


Dan ketika manusia mulai lebih percaya pada mesin daripada hati nurani, maka saat itulah akal telah kehilangan arah, dan hati kehilangan cahaya.


Allah berfirman:


> “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh.”

— (QS. At-Tin: 4–6)




Kecerdasan manusia adalah nikmat.

Tapi ketika nikmat itu digunakan tanpa iman, ia berubah menjadi bencana.

AI hanyalah alat, tapi jika dibiarkan tanpa bimbingan wahyu, ia akan menjadi cermin dari keserakahan dan kesombongan manusia.


Manusia modern mengira ia telah menciptakan “akal buatan”, padahal yang ia ciptakan hanyalah simulasi dari akal tanpa nurani.

Dan mesin tanpa nurani adalah senjata paling berbahaya di muka bumi.



---


5. Jalan Selamat di Tengah Fitnah Teknologi


Dalam setiap fitnah besar, Allah selalu memberikan jalan keselamatan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.

Demikian pula di era digital dan kecerdasan buatan ini — iman dan ilmu yang benar adalah benteng terkuat.


Rasulullah ﷺ bersabda:


> “Akan datang fitnah-fitnah (di akhir zaman), maka siapa yang ingin selamat darinya hendaklah berpegang kepada Kitabullah.”

— (HR. Muslim)




AI bisa meniru ucapan manusia, tapi tidak bisa meniru cahaya Al-Qur’an.

Ia bisa membaca ayat, tapi tidak bisa menangis karena takut kepada Allah.

Ia bisa menulis doa, tapi tidak bisa merasakan keikhlasan.


Itulah sebabnya, seorang mukmin tidak boleh kehilangan arah.

Teknologi tidak salah, tapi penggunaannya tanpa iman yang menjadi sumber fitnah.

Kita tidak diperintahkan untuk menolak kemajuan, tapi untuk menundukkannya di bawah kendali taqwa.


a. Gunakan ilmu untuk taqarrub, bukan takabbur


Ilmu yang tidak membawa kepada Allah adalah ilmu yang menipu.

AI adalah ujian bagi ilmuwan dan umat manusia — apakah mereka akan merasa lebih dekat kepada Pencipta, atau semakin jauh dan sombong?


Rasulullah ﷺ bersabda:


> “Barang siapa menuntut ilmu untuk membanggakan diri di hadapan ulama, atau untuk berdebat dengan orang bodoh, atau untuk menarik perhatian manusia, maka ia akan berada di neraka.”

— (HR. Tirmidzi)




Jika AI digunakan untuk kemegahan dunia, maka ia akan menjadi jalan menuju kehancuran.

Namun jika digunakan untuk menolong umat, memudahkan dakwah, dan memperluas ilmu yang benar, maka ia bisa menjadi alat dakwah di tangan orang beriman.


b. Jadikan zikir dan doa sebagai filter batin


Tak ada antivirus yang lebih kuat dari dzikir yang tulus.

Ketika layar menyebarkan fitnah, maka hati yang selalu mengingat Allah akan menjadi perisai.


Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk membaca doa perlindungan dari fitnah Dajjal di setiap akhir tasyahhud:


> “Allahumma inni a’udzubika min ‘adzabi jahannam, wa min ‘adzabil qabr, wa min fitnatil mahya wal mamât, wa min syarri fitnatil masihid-dajjal.”


“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari kejahatan fitnah Dajjal.”

— (HR. Muslim)




Fitnah AI dan teknologi modern adalah bagian kecil dari gelombang besar menuju fitnah Dajjal.

Karena itu, dzikir bukan hanya ibadah, tapi benteng mental dan spiritual dari pengaruh tipu daya digital.


c. Jaga adab terhadap teknologi


Islam mengajarkan adab dalam segala hal — bahkan terhadap alat.

Gunakan teknologi dengan niat yang benar, tidak berlebihan, dan tidak lalai dari ibadah.

Jangan biarkan layar menggantikan mushaf.

Jangan biarkan suara mesin menenggelamkan suara hati.


Rasulullah ﷺ bersabda:


> “Di antara tanda-tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.”

— (HR. Tirmidzi)




Setiap detik yang kita habiskan di dunia digital akan dimintai pertanggungjawaban.

Gunakan AI untuk kebaikan, bukan kelalaian.

Biarlah mesin bekerja untuk manusia, bukan manusia bekerja untuk mesin.



---


6. Penutup: Kembali ke Cahaya Wahyu


Kita tidak sedang melawan teknologi — kita sedang melawan fitnah yang menyertai teknologi.

AI bukan musuh, tapi ujian besar dari Allah untuk menguji siapa di antara hamba-Nya yang tetap berpegang pada iman di tengah badai ilmu dan dunia.


Rasulullah ﷺ telah mengingatkan:


> “Akan datang suatu zaman kepada manusia, mereka berpegang pada dunia dan meninggalkan agamanya, seolah dunia telah menjadi tuhan mereka.”

— (HR. Ahmad)




Zaman itu kini hadir.

Dunia digital telah menjadi kiblat baru banyak hati.

Orang berlomba-lomba menjadi viral, bukan menjadi saleh.

Mereka ingin dikenal di dunia maya, tapi dilupakan di sisi Allah.


Padahal, semua ini hanya sementara.

Semua sistem yang canggih, semua data, semua kecerdasan buatan — semuanya akan hancur ketika malaikat Israfil meniup sangkakala.

Yang akan tersisa hanyalah amal dan keikhlasan.


Allah berfirman:


> “Semua yang ada di bumi akan binasa, dan yang kekal hanya wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan.”

— (QS. Ar-Rahman: 26–27)




AI bisa menguasai dunia, tapi tidak bisa menguasai hati yang tunduk kepada Allah.

Mesin bisa meniru suara manusia, tapi tidak bisa menggantikan doa seorang hamba yang menangis di malam hari.


Karena itu, wahai saudara seiman —

Berhati-hatilah dengan fitnah kecerdasan buatan.

Jangan biarkan ia mematikan kesadaranmu, mencuri waktumu, dan menggantikan keikhlasanmu.

Gunakan ia dengan niat yang bersih, agar teknologi menjadi saksi amal, bukan saksi dosa.


Dan ketika dunia tenggelam dalam fitnah digital, peganglah erat tali wahyu — Al-Qur’an dan Sunnah.

Karena cahaya dari keduanya tak akan pernah padam, meski seluruh layar di dunia menjadi gelap.



---


> “Dan katakanlah: Kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap. Sesungguhnya kebatilan itu pasti lenyap.”

— (QS. Al-Isra: 81)





---


Penutup Renungan


Zaman ini bukan milik orang paling pintar, tapi milik orang paling kuat imannya.

AI bisa mengalahkan akal manusia, tapi tidak bisa menandingi kekuatan hati yang berzikir.

Jika kita tetap berpegang pada Allah, maka tak ada fitnah sebesar apa pun — termasuk fitnah AI dan Dajjal digital — yang bisa menyesatkan kita.


Semoga Allah menjaga kita, keluarga kita, dan generasi kita dari fitnah zaman yang gelap ini.

Semoga ilmu menjadi cahaya, bukan kegelapan.

Dan semoga kecerdasan yang kita banggakan tetap tunduk di bawah kebijaksanaan wahyu-Nya.

Fenomena Tukang Parkir Ilegal di Indonesia: Antara Pencari Nafkah dan Pelanggar Amanah

Pendahuluan

Fenomena tukang parkir ilegal di Indonesia telah menjadi persoalan sosial yang kian meresahkan masyarakat. Hampir di setiap sudut kota—mulai dari pasar tradisional, pusat perbelanjaan, hingga pinggiran jalan umum—kehadiran mereka menjadi pemandangan yang biasa, bahkan dianggap “lumrah”. Namun di balik kebiasaan itu tersimpan masalah besar: praktik pungutan liar, pemerasan halus, dan penyalahgunaan ruang publik yang semestinya menjadi hak semua warga negara.

Masalah ini bukan hanya persoalan kecil tentang uang parkir seribu dua ribu rupiah. Ia telah berubah menjadi simbol ketidakdisiplinan sosial, lemahnya penegakan hukum, dan krisis moral di tengah masyarakat. Dalam perspektif Islam, fenomena ini menyentuh aspek hak orang lain (ḥuqūq al-‘ibād), amanah, dan keadilan sosial, yang semuanya memiliki dasar kuat dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ﷺ.


---

Realitas di Lapangan

Banyak tukang parkir ilegal yang tidak memiliki izin resmi dari pemerintah daerah. Mereka “menguasai” area tertentu dan menagih uang parkir seolah itu hak mereka. Tak jarang, jika seseorang menolak membayar, mereka menunjukkan sikap agresif, bahkan mengancam atau merusak kendaraan. Uang yang dikumpulkan pun sering kali tidak disetor kepada pemerintah, melainkan menjadi penghasilan pribadi tanpa pajak, tanpa tanggung jawab, dan tanpa perlindungan hukum.

Fenomena ini menciptakan lingkaran setan:

1. Masyarakat diperas secara halus oleh oknum tukang parkir.


2. Pemerintah kehilangan potensi pendapatan daerah dari retribusi parkir.


3. Tukang parkir resmi tersisih karena kalah oleh sistem liar yang “berkuasa di lapangan”.


4. Keamanan publik terganggu, karena banyak yang menggunakan kekerasan atau intimidasi.



Maka, isu tukang parkir ilegal bukan sekadar ekonomi informal, melainkan masalah moral dan ketertiban umum.


---

Pandangan Islam tentang Hak dan Amanah

Islam menekankan pentingnya menjaga hak orang lain dan menunaikan amanah. Dalam Al-Qur’an Allah ﷻ berfirman:

> "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil..."
(QS. An-Nisa [4]: 58)



Ayat ini menegaskan bahwa segala bentuk tanggung jawab dan kekuasaan—termasuk pengelolaan fasilitas umum seperti parkir—adalah amanah yang harus dijalankan dengan keadilan. Tukang parkir yang memungut biaya tanpa izin atau memberikan rasa takut kepada orang lain berarti telah mengkhianati amanah publik.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

> "Tidak halal harta seorang Muslim diambil oleh Muslim lainnya kecuali dengan kerelaan hatinya."
(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)



Hadits ini menegaskan bahwa mengambil uang parkir dari orang yang tidak rela atau tanpa dasar hukum yang sah adalah ghasab—yaitu mengambil hak orang lain secara zalim. Dalam fiqih Islam, ghasab termasuk dosa besar karena merampas hak orang lain, walau nilainya kecil.


---

Fenomena Sosial: Dari Ekonomi Lemah ke Kejahatan Terorganisir

Sebagian tukang parkir ilegal mungkin berawal dari niat mencari nafkah karena sulitnya lapangan pekerjaan. Namun, dalam praktiknya, banyak yang kemudian menjadi bagian dari jaringan pungutan liar (pungli) yang terorganisir. Mereka seringkali dilindungi oleh oknum preman atau bahkan aparat nakal yang menerima “setoran”.

Hal ini menciptakan ekonomi bayangan di luar sistem negara. Masyarakat kecil pun menjadi korban, karena harus membayar dua kali: pertama kepada negara melalui pajak, dan kedua kepada tukang parkir liar yang menguasai lapangan.

Islam mengajarkan bahwa rezeki harus diperoleh dengan jalan halal dan tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Allah ﷻ berfirman:

> "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu."
(QS. An-Nisa [4]: 29)



Memungut uang parkir secara paksa, tanpa izin dan tanpa dasar hukum, termasuk “memakan harta dengan jalan batil.” Meskipun alasan mencari nafkah dapat dimaklumi, cara yang haram tidak bisa dibenarkan. Rasulullah ﷺ mengingatkan:

> "Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari hasil yang haram; neraka lebih pantas baginya."
(HR. Ahmad dan Ad-Darimi)



Maka, penghasilan dari parkir ilegal termasuk dalam kategori hasil yang tidak bersih secara syar’i.


---

Dampak Sosial dan Moral

1. Menumbuhkan budaya takut dan apatis.
Banyak masyarakat memilih diam daripada menegur atau melapor, karena khawatir akan dibalas atau diintimidasi. Ketika masyarakat takut kepada kejahatan kecil, maka kejahatan besar akan tumbuh subur.


2. Mengikis kepercayaan pada hukum.
Ketika pungli kecil saja tidak bisa ditindak, bagaimana mungkin masyarakat percaya hukum bisa menindak korupsi besar? Hal ini menimbulkan krisis legitimasi moral terhadap aparat dan sistem.


3. Membiasakan generasi muda pada pelanggaran kecil.
Anak-anak yang melihat praktik parkir ilegal tanpa penegakan hukum bisa tumbuh dengan mindset bahwa mencuri sedikit “tidak apa-apa.” Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

> "Hancurnya umat sebelum kalian karena mereka menegakkan hukum bagi orang lemah dan membiarkan orang kuat."
(HR. Bukhari dan Muslim)



Artinya, keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu, sekecil apapun pelanggarannya.




---

Tanggung Jawab Pemerintah dan Masyarakat

Dalam Islam, pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menegakkan keadilan dan mencegah kezhaliman. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

> "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)



Pemerintah daerah memiliki kewajiban moral dan hukum untuk menata sistem parkir agar tertib, transparan, dan manusiawi. Caranya antara lain:

1. Menertibkan parkir ilegal dengan operasi gabungan yang tegas namun tetap manusiawi.


2. Membuka lapangan kerja alternatif bagi tukang parkir liar agar mereka tidak kembali ke jalan.


3. Menerapkan sistem digital parkir resmi untuk mengurangi celah pungutan liar.


4. Mengedukasi masyarakat agar berani menolak atau melapor pungli.



Sedangkan bagi masyarakat, tanggung jawab moralnya adalah tidak mendukung praktik ilegal, meskipun kecil. Membayar tukang parkir ilegal dengan alasan “kasihan” justru memperkuat sistem yang salah.


---

Dimensi Akhirat: Kezaliman Sekecil Apapun Akan Dibalas

Dalam pandangan Islam, mengambil hak orang lain tanpa izin bukan hanya urusan dunia, tetapi juga urusan akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:

> "Barang siapa mengambil sejengkal tanah orang lain secara zalim, maka ia akan dikalungi tujuh lapis bumi di hari kiamat."
(HR. Bukhari dan Muslim)



Jika sejengkal tanah saja bisa menjadi beban besar di akhirat, apalagi mengambil uang milik orang lain yang setiap hari terjadi berulang kali? Maka, fenomena tukang parkir ilegal bukan sekadar pelanggaran sosial, tapi kezaliman yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.


---

Alternatif Solusi dari Perspektif Islam

1. Tazkiyah dan Dakwah Sosial.
Perlu gerakan dakwah di kalangan masyarakat bawah, termasuk tukang parkir, untuk menanamkan nilai amanah dan halal-haram. Masjid, ormas Islam, dan tokoh masyarakat dapat berperan aktif.


2. Sistem ekonomi Islam yang inklusif.
Banyak tukang parkir liar muncul karena minimnya lapangan kerja. Pemerintah dapat menggandeng lembaga zakat dan BAZNAS untuk menyediakan pelatihan kerja atau bantuan modal usaha bagi mereka.


3. Revitalisasi budaya malu dan tanggung jawab.
Dalam Islam, rasa malu (ḥayā’) adalah bagian dari iman. Jika seseorang malu untuk menzalimi sesama, maka keadilan sosial akan tumbuh dari bawah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> "Malu itu sebagian dari iman."
(HR. Bukhari dan Muslim)






---

Kesimpulan

Fenomena tukang parkir ilegal di Indonesia merupakan cermin dari ketimpangan sosial, lemahnya penegakan hukum, dan krisis moralitas publik. Dari kacamata Islam, praktik semacam ini termasuk dalam kategori memakan harta orang lain secara batil, yang jelas diharamkan dalam Al-Qur’an dan hadits.

Islam tidak menolak orang mencari nafkah, tetapi mengatur agar rezeki diperoleh dengan cara halal dan tidak merugikan orang lain. Tukang parkir liar, betapapun kecil nominalnya, telah mengganggu hak publik dan melanggar prinsip keadilan yang menjadi dasar masyarakat beriman.

Pemerintah wajib menegakkan ketertiban dan menata sistem parkir agar adil dan transparan. Sedangkan masyarakat hendaknya tidak mendukung praktik yang salah meski dengan alasan “kasihan”. Sebab, kasihan yang tidak pada tempatnya justru memperpanjang kezaliman.

Akhirnya, kita perlu kembali pada firman Allah ﷻ:

> "Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim, sehingga kamu akan disentuh oleh api neraka..."
(QS. Hud [11]: 113)



Ayat ini menjadi pengingat bagi seluruh lapisan masyarakat: ketika kezaliman dianggap biasa, maka kehancuran sosial tinggal menunggu waktu.

Maka, tugas kita bukan sekadar menolak tukang parkir ilegal, tetapi membangun budaya kejujuran dan amanah yang menjadi pondasi keadilan dalam masyarakat Islam yang sejati.


---

Apakah Anda ingin saya buatkan versi PDF-nya agar bisa Anda baca atau bagikan dengan tampilan rapi (judul, ayat, hadits, dan kutipan tersusun)?

Cara Kerja dan Sistem Dajjal: Pelajaran dari Dunia Modern

Pendahuluan


Di tengah dunia yang semakin kompleks dan penuh tipu daya, manusia diingatkan oleh Al-Qur’an dan Hadits untuk senantiasa waspada terhadap fitnah besar yang akan muncul menjelang akhir zaman, yaitu Dajjal. Dajjal adalah simbol kekuatan fitnah yang menyesatkan umat manusia dari jalan Allah, dan sistem kerjanya bukan hanya bersifat spiritual, tetapi juga sosial, politik, dan ekonomi.


Al-Qur’an dan Hadits memberikan gambaran nyata mengenai modus operandi Dajjal, termasuk bagaimana ia akan menggunakan kekuatan propaganda, manipulasi, dan tekanan sosial untuk menundukkan manusia. Fenomena ini dapat kita lihat dalam skala modern, misalnya dalam bentuk double standard internasional yang terlihat pada boikot organisasi PBB dan FIFA terhadap Rusia, sementara isu serupa di wilayah lain seperti Israel sering diabaikan. Hal ini menjadi cerminan kecil dari cara kerja Dajjal: memilih mana yang sesuai kemauannya, sementara yang menentang hidup dalam kesengsaraan.



---


1. Identitas Dajjal dalam Al-Qur’an dan Hadits


Al-Qur’an tidak menyebutkan nama Dajjal secara eksplisit, namun dalam Hadits Nabi Muhammad SAW, Dajjal dijelaskan sebagai sosok yang membawa fitnah besar bagi umat manusia:


> “Tidaklah telah diciptakan seorang nabi sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad kecuali mereka memperingatkan umatnya dari Dajjal.” (HR. Muslim)




Dajjal digambarkan sebagai pemimpin yang penuh tipu daya, mampu menipu manusia dengan kekuatan luar biasa, termasuk kemampuan memperlihatkan hal-hal yang menakjubkan dan menciptakan ilusi seolah-olah ia adalah Tuhan. Sistemnya bersifat terstruktur dan berfokus pada penundukan manusia melalui ketakutan, keserakahan, dan manipulasi informasi.



---


2. Cara Kerja Dajjal: Sistem Manipulasi dan Tekanan Sosial


a. Pengendalian Informasi dan Propaganda


Dajjal akan menguasai sistem komunikasi manusia, menyebarkan informasi palsu, dan menutupi kebenaran. Ini sesuai dengan Hadits:


> “Dajjal memiliki kekuatan luar biasa untuk menipu manusia; ia akan menampakkan surga dan neraka palsu, sehingga orang-orang bodoh akan tertipu.” (HR. Bukhari dan Muslim)




Fenomena ini terlihat dalam praktik modern ketika media digunakan untuk membentuk opini publik secara selektif, misalnya menonjolkan satu konflik internasional, namun menutup konflik lainnya yang seharusnya mendapat perhatian serupa.


b. Double Standard dan Keadilan yang Palsu


Salah satu ciri khas sistem Dajjal adalah double standard: ia menegakkan aturan hanya bagi mereka yang tidak sejalan dengan kehendaknya, sementara membiarkan atau bahkan mendukung pihak yang bersikap pro terhadapnya. Contoh nyata di dunia modern dapat dilihat dari boikot internasional:


Boikot Rusia oleh PBB dan FIFA karena konflik tertentu, sementara isu pelanggaran di wilayah lain seperti Israel sering diabaikan.


Ketidakadilan ini menimbulkan penderitaan bagi pihak yang tidak mematuhi “aturan” Dajjal versi dunia modern.



Fenomena ini adalah gambaran mini dari modus operandi Dajjal: mengatur dunia berdasarkan kemauannya, bukan keadilan.


c. Penekanan Terhadap yang Tidak Patuh


Hadits menjelaskan bahwa Dajjal akan menekan siapa saja yang menolak untuk tunduk kepadanya:


> “Barangsiapa mendengar kabar Dajjal, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dari fitnahnya, karena sesungguhnya ia membawa kesengsaraan bagi yang menentangnya.” (HR. Muslim)




Di dunia modern, bentuk “kesengsaraan” ini bisa berupa sanksi ekonomi, tekanan politik, atau pengucilan sosial—mirip dengan prinsip yang digunakan oleh Dajjal, meskipun dalam bentuk yang lebih global dan terselubung.



---


3. Sistem Dajjal: Strategi Menundukkan Umat


Dari Hadits dan pengamatan dunia modern, ada beberapa strategi yang digunakan Dajjal:


a. Ilusi Kesejahteraan dan Kekuasaan


Dajjal akan menampilkan dirinya sebagai sumber kesejahteraan, kekuasaan, dan keajaiban duniawi. Ia memanfaatkan keserakahan manusia untuk menundukkan mereka. Hadits Nabi menjelaskan:


> “Dajjal mempunyai surga dan neraka; surga yang ia perlihatkan adalah neraka, dan neraka yang ia perlihatkan adalah surga.” (HR. Muslim)




Di dunia nyata, sistem ekonomi global terkadang menipu manusia dengan kemakmuran yang bersifat semu, sehingga banyak orang rela meninggalkan prinsip moral untuk keuntungan sesaat.


b. Manipulasi Politik dan Organisasi Global


Dajjal juga menggunakan lembaga-lembaga sosial dan politik untuk memperkuat pengaruhnya. Contohnya, ketika organisasi internasional memboikot satu negara tapi diam terhadap pelanggaran negara lain, hal ini menimbulkan ketidakadilan dan penderitaan bagi yang dianggap menentang sistem global. Fenomena ini mirip dengan Hadits:


> “Dajjal akan menindas umat manusia yang tidak tunduk pada kemauannya, dan ia membiarkan mereka yang menurut padanya.”




c. Pemisahan dan Polaritas Manusia


Sistem Dajjal bekerja dengan membagi manusia menjadi kelompok-kelompok: yang tunduk dan yang menolak. Mereka yang menolak akan mengalami kesengsaraan, tekanan, dan kebingungan. Dunia modern menunjukkan hal serupa dalam bentuk sanksi politik, perang informasi, dan tekanan ekonomi terhadap negara atau individu yang tidak sejalan dengan kekuatan global tertentu.



---


4. Pelajaran dari Dunia Modern: Peringatan untuk Umat


Fenomena modern seperti boikot Rusia oleh PBB dan FIFA dapat menjadi cerminan sistem Dajjal. Meski terlihat sebagai langkah moral atau politik, hal ini memperlihatkan double standard yang mirip dengan cara kerja Dajjal:


Menegakkan “aturan” hanya terhadap yang tidak sejalan.


Mengabaikan pelanggaran yang seharusnya sama-sama mendapat sanksi.


Menimbulkan kesengsaraan bagi pihak yang tidak tunduk pada sistem tersebut.



Umat Islam diingatkan untuk selalu mengutamakan kebenaran dan keadilan dari Allah, bukan hanya mengikuti norma sosial atau politik yang bersifat duniawi dan manipulatif.



---


5. Cara Menghadapi Sistem Dajjal


Al-Qur’an dan Hadits memberikan pedoman bagi umat untuk menghadapi fitnah Dajjal:


1. Berpegang Teguh pada Aqidah


> “Barangsiapa yang membedakan antara yang haq dan yang batil dengan iman, maka ia aman dari fitnah Dajjal.”





2. Memperbanyak Doa dan Perlindungan

Nabi Muhammad SAW mengajarkan doa berikut untuk berlindung dari fitnah Dajjal:


> “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Dajjal dan dari segala kejahatan yang menyerupainya.”





3. Menguatkan Komunitas dan Persaudaraan

Bersama komunitas yang kuat, umat lebih mampu menahan tekanan sosial dan politik, serta tidak mudah terhasut oleh propaganda.



4. Menjaga Keadilan dan Moralitas

Tidak mengikuti sistem yang menindas atau berlaku tidak adil, sekalipun hal tersebut dipaksakan oleh tekanan global.





---


Kesimpulan


Dajjal bukan hanya sosok spiritual, tetapi juga sistem fitnah yang menipu, menindas, dan memisahkan manusia. Sistemnya bekerja melalui propaganda, double standard, manipulasi politik, dan penekanan terhadap yang menolak. Fenomena dunia modern, seperti boikot selektif PBB dan FIFA, menjadi gambaran kecil dari cara kerja Dajjal: mereka yang menentang kemauannya akan hidup dalam kesengsaraan.


Al-Qur’an dan Hadits mengajarkan kita untuk senantiasa waspada, menjaga iman, dan menjunjung tinggi keadilan, agar tidak terjerat dalam sistem Dajjal. Dunia mungkin menawarkan kemakmuran, kekuasaan, dan popularitas, tetapi keselamatan abadi hanya diperoleh melalui ketaatan kepada Allah dan menjauhi tipu daya Dajjal.


Dengan memahami sistem Dajjal dan mengaitkannya dengan fenomena dunia modern, umat Islam dapat lebih siap menghadapi fitnah besar ini, menjaga iman, dan tetap berada di jalan Allah, meskipun tekanan dan kesengsaraan duniawi datang menghampiri.

Waspada Fitnah Akhir Zaman: AI, Dajjal, dan Kewaspadaan Umat Islam

Mukadimah Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dialah yang menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, dan mengutus Nabi Muham...