Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ
الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الإِسْلاَم
“Sesungguhnya agama yang diridhoi
di sisi Allah hanyalah Islam.” [Ali Imron: 19]
Beberapa Pelajaran:
1) Ayat yang mulia ini menegaskan
bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan diridhoi oleh Sang
Pencipta; Allah tabaraka wa ta’ala, karena Dia-lah yang telah menetapkan hal
itu di dalam kitab-Nya yang mulia Al-Qur’anul Karim, maka tidak ada jalan lain
untuk beribadah kepada-Nya kecuali harus masuk Islam, yaitu agama yang dibawa
oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, satu-satunya agama yang masih
mengikuti ajaran utama para nabi dan rasul ‘alaihimussalaam terdahulu, yaitu
tauhid. Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
وقوله:
{ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ
الإسْلام } إخبار من الله
تعالى بأنه لا دين
عنده يقبله من أحد
سوى الإسلام، وهو
اتباع الرسل فيما بعثهم
الله به في
كل حين، حتى
ختموا بمحمد صلى الله
عليه وسلم، الذي سد
جميع الطرق إليه إلا
من جهة محمد
صلى الله عليه
وسلم، فمن لقي الله
بعد بعثته محمدًا
صلى الله عليه
وسلم بدِين على غير
شريعته، فليس بمتقبل. كما
قال تعالى: وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا
فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ
فِي الآخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
“Dan firman Allah ta’ala
“Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanya Islam” adalah pengabaran
dari Allah ta’ala bahwa tidak ada agama yang diterima di sisi-Nya dari siapa
pun selain Islam, yaitu ajaran yang mengikuti agama para Rasul yang Allah
ta’ala utus pada setiap masa, sampai diakhiri dengan Muhammad
shallallahu’alaihi wa sallam, dimana Allah ta’ala telah menutup semua jalan
untuk sampai kepada-Nya kecuali melalui jalan Muhammad shallallahu’alaihi wa
sallam.
Oleh karena itu, barangsiapa yang
berjumpa dengan Allah ta’ala setelah pengutusan Muhammad shallallahu’alaihi wa
sallam dalam keadaan tidak mengikuti agama beliau, maka tidak akan diterima
agamanya, sebagaimana firman Allah ta’ala,
وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا
فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ
فِي الآخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
“Dan barangsiapa yang mencari
selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima dari padanya, dan ia di
akhirat kelak termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imron: 85).” [Tafsir Ibnu
Katsir, 2/52]
2) Dalam ayat yang lain, Allah
ta’ala telah memastikan bahwa non muslim, yaitu Yahudi dan Nasrani serta
seluruh kaum musyrikin akan dimasukkan ke neraka dan kekal di dalamnya untuk
selama-lamanya karena mereka telah kafir kepada Allah ta’ala dengan tidak mau
masuk Islam dan menyekutukan-Nya dengan menyembah selain-Nya, padahal Dia-lah
yang telah menciptakan mereka dan selalu memberikan rezeki serta mencurahkan
kenikmatan kepada mereka.
• Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ
شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang kafir
dari ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) dan orang-orang musyrik (akan masuk)
neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka adalah seburuk-buruk
makhluq.” [Al-Bayyinah: 6]
• Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam menegaskan,
وَالَّذِى
نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ
يَسْمَعُ بِى أَحَد مِنْ
هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ
نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ
يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ
إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ
النَّارِ
“Demi (Allah) yang jiwa Muhammad
ada di tangan-Nya, tidaklah ada seorang pun dari umat ini yang pernah
mendengarkan tentang aku, apakah ia seorang Yahudi atau Nasrani, kemudian ia
mati sebelum beriman dengan ajaran yang aku bawa, kecuali ia termasuk penghuni
neraka.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallaahu’anhu]
3) Ayat yang mulia ini juga
menegaskan bahwa;
• Keyakinan semua agama sama
adalah kekafiran, dan bagaimana mungkin disamakan antara agama yang mengajarkan
tauhid; memurnikan ibadah hanya kepada Allah ta’ala dan agama-agama yang
mengajarkan syirik; penyembahan kepada sesembahan-sesembahan yang lemah, yang
tidak menciptakan mereka, tidak pula menganugerahkan rezeki dan kenikmatan
kepada mereka sedikit pun?!
• Demikian pula keyakinan bahwa
ada agama selain Islam yang benar adalah kekafiran, barangsiapa yang memiliki
keyakinan tersebut maka ia kafir, murtad, keluar dari Islam, menurut
kesepakatan ulama, tidak ada perbedaan pendapat, karena orang yang meyakininya
berarti mendustakan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang telah mengkafirkan seluruh non
muslim dalam banyak sekali ayat dan hadits. Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab rahimahullah berkata,
من
لم يكفر المشركين،
أو شك في
كفرهم، أو صحح
مذهبهم، كفر.
“Barangsiapa tidak mengkafirkan
kaum musyrikin, atau ragu dengan kekafiran mereka, atau membenarkan pendapat
(kekafiran) mereka, maka ia kafir.” [Risalah Nawaqidhul Islam, ke-3]
4) Oleh karena Allah ta’ala telah
menetapkan agama yang mulia ini sebagai agama yang Dia ridhoi dan sebagai
penutup seluruh agama yang pernah Dia turunkan, maka Allah ta’ala
menyempurnakan agama ini, sehingga tidak mengandung kekurangan sedikit pun,
serta sangat cocok dan sesuai bagi seluruh umat manusia dari seluruh bangsa
mana pun dan di zaman apa pun sampai hari kiamat, karena apa pun yang
dibutuhkan seorang hamba untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, telah
ada di dalam agama ini. Allah ta’ala berfirman,
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ
“Pada hari ini telah
Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” [Al-Maidah: 3]
• Dan karena agama ini telah
sempurna, maka tidak perlu lagi menambah-nambah dalam agama. Sahabat yang mulia
Abu Dzar radhiyallahu’anhu berkata,
تَرَكْنَا
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ
جَنَاحَيْهِ فِي الْهَوَاءِ، إِلا
وَهُوَ يُذَكِّرُنَا مِنْهُ عِلْمًا قَالَ:
فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: مَا بَقِيَ شَيْءٌ
يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ، ويُبَاعِدُ
مِنَ النَّارِ، إِلا وَقَدْ
بُيِّنَ لَكُمْ
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam meninggalkan kami, dalam keadaan tidaklah seekor burung kecil
mengepakkan dua sayapnya di udara, kecuali beliau telah menyebutkan kepada kami
ilmu tentang hal itu.” Beliau -shallallahu’alaihi wa sallam- bersabda, “Tidak
tersisa sedikit pun yang bisa mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka
kecuali telah dijelaskan kepada kalian.” [HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam
Al-Kabir dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 1803]
• Sebab menambah-nambah dalam
agama sama saja dengan menuduh agama ini belum sempurna. Al-Imam Malik
rahimahullah berkata,
مَنِ
ابْتَدَعَ فِي الْإِسْلَامِ بِدْعَةً
يَرَاهَا حَسَنَةً، زَعَمَ أَنَّ
مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَانَ الرِّسَالَةَ، لِأَنَّ
اللَّهَ يَقُولُ: {الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ
لَكُمْ دِينَكُمْ} [المائدة: 3]، فَمَا
لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِينًا،
فَلَا يَكُونُ الْيَوْمَ دِينًا.
“Barangsiapa berbuat bid’ah dalam
Islam yang ia anggap sebagai bid’ah hasanah, maka ia telah menuduh Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam telah mengkhianati tugas kerasulan, karena Allah
ta’ala berfirman, “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu”,
sehingga apa yang hari itu bukan ajaran agama, maka pada hari ini juga bukan
ajaran agama.” [Al-I’tishom lisy Syaathibi rahimahullah, hal. 64-65]
• Padahal masih terlalu banyak
petunjuk-petunjuk Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang belum kita
pelajari, yang sudah dipelajari pun masih banyak yang belum diamalkan, tapi
mengapa malah mengamalkan yang tidak beliau contohkan…?! Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan,
مَنْ
أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا
مَا لَيْسَ فِيهِ
فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengada-adakan
perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada padanya maka ia tertolak.”
[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]
Dalam riwayat Muslim,
مَنْ
عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْرُنَا فَهْوَ رَد
“Barangsiapa yang melakukan suatu
amalan yang tidak ada padanya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.”
[HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam juga bersabda,
أَمَّا
بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ
كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى
هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ
مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Ammaa ba’du, sesungguhnya
sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad (shallallahu’alaihi wa sallam) dan seburuk-buruk urusan
adalah perkara baru (dalam agama) dan semua perkara baru (dalam agama) itu
sesat.” [HR. Muslim dari Jabir bin Abdillahradhiyallahu’anhuma]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam juga bersabda,
أُوصِيكُمْ
بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ
وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ
مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى
فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى
وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا
بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ
“Aku wasiatkan kalian agar
senantiasa taqwa kepada Allah serta mendengar dan taat kepada pemimpin (negara)
meskipun pemimpin tersebut seorang budak dari Habasyah, karena sesungguhnya
siapa pun diantara kalian yang masih hidup sepeninggalku akan melihat
perselisihan yang banyak (dalam agama), maka wajib bagi kalian (menghindari
perselisihan tersebut) dengan berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah
Al-Khulafa’ur Rasyidin yang telah mendapat petunjuk. Peganglah sunnah itu dan
gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan berhati-hatilah kalian terhadap
perkara baru (bid’ah dalam agama) karena setiap bid’ah itu sesat.” [HR. Abu
Dawud dan At-Tirmidzi dari ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu’anhu]
• Yang sepatutnya kita lakukan
adalah masuk ke dalam Islam secara menyeluruh, mengamalkan seluruh ajarannya,
tanpa memilih-milih yang sesuai dengan hawa nafsu saja; mengamalkan sebagian
dan meninggalkan sebagian, atau malah mengamalkan yang tidak diajarkan lalu
dianggap sebagai ajaran agama. Allah ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا
فِي السِّلْمِ كَافَّةً
“Wahai orang-orang yang beriman,
masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya.” [Al-Baqoroh: 208]
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah
berkata,
يقول
تعالى آمرًا عباده المؤمنين
به المصدّقين برسوله:
أنْ يأخذوا بجميع
عُرَى الإسلام وشرائعه، والعمل
بجميع أوامره، وترك جميع
زواجره ما استطاعوا
من ذلك
“Allah ta’ala berfirman,
memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman kepada-Nya dan membenarkan
rasul-rasul-Nya untuk memegang semua ikatan Islam dan syari’at-syari’at-Nya,
mengamalkan semua perintah-Nya dan meninggalkan seluruh larangan-Nya semampu
mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir, 1/555]
5) Meluruskan kesalahpahaman
terhadap ayat “Tidak ada paksaan dalam agama” bahwa ayat tersebut bukanlah
pembenaran kepada agama selain Islam dan bukan pula larangan berjihad dan
menyebarkan dakwah Islam, serta bukan pula sebagai pembebasan bagi manusia
untuk memilih agama yang ia sukai. Asy-Syaikh Prof. DR. Shalih Al-Fauzan
hafizhahullah berkata,
“Tentang firman Allah ta’ala
“Tidak ada paksaan dalam agama”, bukanlah bermakna bahwa orang-orang kafir
dibiarkan tanpa diperangi dan tanpa diajak masuk Islam, sebagaimana yang
dikatakan oleh orang-orang yang bermaksud jahat terhadap Islam dan orang-orang
kafir serta kaum muslimin yang bodoh. Alasan mereka adalah kebebasan beragama
dan kebebasan aqidah, ini adalah kedustaan atas Allah ‘azza wa jalla, bukan itu
maksud Allah jalla wa ‘ala. Karena Allah jalla wa ‘ala menciptakan makhluk
untuk beribadah kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya, sebagaimana firman-Nya,
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ
مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ
أَنْ يُطْعِمُونِ
“Dan tidaklah aku ciptakan jin
dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku saja, Aku tidak
menginginkan rezeki dari mereka, dan tidak pula agar mereka memberi makan.”
[Adz-Dzariyat: 56-57]
Andaikan manusia itu boleh
dibiarkan saja menjadi orang-orang kafir yang beribadah semau mereka, maka
firman Allah ta’ala “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar
mereka beribadah kepada-Ku saja”, kalau begitu tidak lagi bermakna, demikian
pula jihad di jalan Allah tidak ada manfaatnya, dan tidak ada gunanya
berdakwah, sebab untuk apalagi engkau mendakwahi manusia padahal mereka bebas
menentukan aqidah yang akan mereka peluk dan ibadah yang akan mereka lakukan?!
Kalau begitu biarkan saja manusia –menurut ucapan batil ini-, tidak perlu
didakwahi, biarkan mereka beribadah sesuai pilihan mereka.” [Syarhu Ma’na
Thagut, dicetak bersama Silsilah Syarhir Rosaail, hal. 283-284]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar