Dalam dunia tarekat, zikir itu bermacam-macam bentuknya. Ada yang
berupa zikir latifah, seperti pada tarekat Naqsabandiyah. Ada yang
berupa ratib dan hizib. Zikir-zikir dalam bentuk ratib sangat populer
dalam tarekat Samaniah dan tarekat Haddadiyah. Sedangkan zikir dalam
bentuk hizib sangat populer dalam tarekat Syaziliyah dan tarekat
Kadariyah.
Pengertian Ratib
Ratib dalam istilah tasawuf dipakai sebagai suatu bentuk zikir yang
disusun oleh seorang guru tarekat sufi untuk dibaca pada waktu-waktu
tertentu oleh seseorang atau beberapa orang dalam suatu jamaah sesuai
dengan aturan yang telah ditentukan oleh penyusunnya. Dalam tarekat
Samani, ratib-ratib ini biasa dilakukan setelah shalat Isya’ pada malam
Jumat yang dipimpin oleh seorang syeh/guru.
Dalam tarekat Haddadiyah, ratib-ratib ini dibaca sesudah selesai
shalat subuh dengan suara nyaring dibawah pimpinan seorang imam. Bacaan
dalam tarekat haddadiyah ini sangat sederhana bila dibandingkan pada
tarekat-tarekat yang lain.
Yakni membaca surat alfatihah, ayat kursi, al-Baqarah ayat 285-286,
Al-Ikhlas, Al-Falaq, an-Nas, 17 kali membaca tahlil, tasbih, istighfar,
selawat, taawwuz, basmalah dan kemudian doa-doa pilihan, yang kesemua
ini disusun oleh Sayid Abdullah bin Alawi bin Muhammad al-Haddad. Hal
ini dijelaskan dalam kitab Sultam at-Thalib, Syarah ratib al-Haddad
karya Sayid Ali bin Abdullah al-Haddad.
Pengertian Hizb
Hizib berasal dari bahasa Arab hizbun. Artinya partai, kelompok, golongan, jenis, wirid, bagian atau senjata[1]
.
Dan dalam pembahasan kita ini arti Hizbun yang cocok adalah jenis wirid
atau senjata. Dan dalam bahasa keseharian disebut Hizib.
Hizb, adalah do’a-do’a yang dibuat para mursyid sufi terdahulu,
dimana dalam hizb tersebut terkandung rahasia-rahasia ghoib yang
berhasil diungkapkan oleh sang syaikh sufi yang dikultuskan sebagai
waliyullah.
Hizb juga dianggap memiliki khowas, karena keterkaitannya dengan
sang wali itu sendiri. Para wali Allah, seperti telah kita ketahui
adalah, orang yang sangat dekat dengan Allah SWT. Sehingga segala
permohonannya Insya Allah segera diizabah oleh Allah SWT. Berkaitan
dengan hal tersebut penerus hizb bisa berwasilah via wali yang dimaksud,
sehingga dipercaya oleh sebagaian besar pengikut sufi bahwa khowas dari
sang wali akan timbul melalui hizb yang diriyadohkan.
Hizb-hizb yang terkenal seperti Hizb Bahr, Hizb Nashr, Hizb
Al-Jaylani dsb. Terkenal dapat memberikan kesaktian bagi orang yang
mengamalkannya.
Seperti halnya Hizib al-Bahar, Hizb Bahar merupakan kumpulan zikir
yang disusun oleh tokoh tarekat bernama Abu Hasan Ali as-Syazili. Hizib
ini biasanya dibaca sebelum matahari terbit dan sesudah shalat ashar.
Hizib inipun merupakan zikir dengan bacaan-bacaan tertentu yang disusun
oleh seorang imam tarekat, yang sama sekali tidak ada landasannya dari
ayat maupun hadis, kendati bacaan-bacaannya diambil sebagian dari ayat.
Dan masih banyak lagi aliran-aliran tarekat dengan spisifikasi
bacaan-bacaan zikir tertentu. Para pengikut tarekat sufi yang sering
mengamalkan ratib atau hizb seseungguhnya adalah kelompok yang cenderung
menafikan keberadaan ayat-ayat dan sunnah Rasulullah SAW. Kelompok ini
lebih berorientasi kepada cara-cara berzikir yang dikarang dan
diciptakan oleh ulama-ulama sufinya. Ulama-ulama yang biasa menyusun
rangkaian zikir dan cara/etika berzikir adalah ulama-ulama tarekat.
Semua tarekat mempunyai wirid berupa zikir-zikir tertentu sesuai dengan
petunjuk dari syekh atau guru tarekat tersebut yang mempunyai tatacara
yang bid’ah.
Di antara kebiasaan orang-orang sufi, mereka berdzikir dengan cara
melampaui batas syariat Islam, yaitu berdzikir dengan bilangan yang
memberatkan diri seperti berdzikir sebanyak 70 ribu kali, 100 ribu kali.
Padahal, maksimal dari Nabi –Shollallahu ‘alaihi wasallam- sebanyak 100
kali dalam dzikir-dzikir tertentu, bukan pada semua jenis dzikir.
Mereka membebani diri seperti ini, karena berdalil dari hadits lemah berikut:
أَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِاللهِ حَتى يَقُوْلُوْا مَجْنُوْنٌ
Perbanyaklah dzikir sehingga orang-orang berkata, engkau gila”. (HR. Ahmad (3/68), Al-Hakim (1/499), dan Ibnu Asakir (6/29/2)) [2]
Agama Islam tidak diciptakan oleh manusia, tetapi mutlak kemauan
Allah SWT dan Rasul-Nya, karena itu wajib dipatuhi. Karya-karya ulama
tarekat tentang zikir bertentangan dengan kemauan Allah SWT (Q.S. 7:205)
karennya sebagai konsekuensi logis ucapan syahadatain kita wajib
berpedoman kepada Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.
Amalan Hizib
Bila kita ingin mendapatkan ilmu karomah, maka melakukan amalan Hizib Al-Jaylani. Tata caranya adalah :
Bacalah surat Al-Fatihah ditujukan untuk:
1. Nabi Muhammad SAW 1(satu) kali.
2. Syekh Muhyiddin Abdul Qadir Al-Jaylani Al-Baghdaadi 1(satu) kali.
3. Syekh Mahfuzh Sya’rani 1 (satu) kali
1. Nabi Muhammad SAW 1(satu) kali.
2. Syekh Muhyiddin Abdul Qadir Al-Jaylani Al-Baghdaadi 1(satu) kali.
3. Syekh Mahfuzh Sya’rani 1 (satu) kali
Lalu bacalah hizib di bawah ini sebanyak 72 (tujuh puluh dua) kali: “Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Rabbi innii maghluubun fantashir. Wajbur qalbil-munkasir. Wajma’
syamlil-mundatsir. Innaka antar-rahmaanul-muqtadir. Ikfinii yaa kaafi
wa-anal-‘abdul-muftaqir. Wa kafaa billahi waliyyan wa kafaa billahi
nashiiraa. Innasy-syirka lazhulmun ‘azhiim. Wamallahu yuriidu
zhulmal-lil’ibaad. Faquthi’a daabirul-qawmilladziina Zhalamuu. Wal-hamdu
lillahi rabbil ‘aalamiin.”
Para “penikmat” Ilmu Hikmah “gadungan” telah menerangkan cara
mendapatkan ilmu ghaib yaitu mengamalkan Hizbul Jan. Hizbul Jan adalah
ilmu yang diklaim sangat ditakuti dan dapat menaklukkan bangsa Jin,
bahkan rumah seseorang yang memegang amalan ini hanya didatangi kalangan
jin muslim yang baik. Sedangkan jin jahat akan menghindar karena tidak
tahan dengan kerasnya ilmu ini.
Lafald Hizbul Jan adalah: Qosamtu ‘alaikum ya ayyuhal jinnu
wasyayatinu wal ‘imarul ladzi fi hadzal makani insharifu bahin bisalamin
miqdaruhu walahu muzarin. Alwaha x3. Al’ajilu x3. As-sa’itu x3.
Hizib ini diamalkan sebagai wirid setelah ditirakati puasa 7 Senin 7 Kamis. Dan selama puasa itu amalan wiridnya dibaca 3 kali setiap usai shalat atau minimalnya dibaca 3 kali dalam 1 hari 1 malam. Untuk seterusnya, hizib ini dijadikan wirid rutin atau dibaca ketika digunakan untuk mengobati orang yang diganggu jin.
Seseorang yang mengamalkan Hizbul Jan, diyakini secara tidak
langsung ia berkhodam dengan jin yang karena dirinya bahkan lingkungan
sekitarnya seperti rumahnya akan didatangi banyak jin muslim yang baik.
Para jin dari kalangan “Imarul Bait” (jin yang berdiam pada
bangunan milik manusia) karena suka dengan si pemilik rumah dan
mendapatkan tempat berlindung, maka akan membantu segala kebaikan yang
penghuni rumah. Hizbul Jan adalah amalan yang ditakuti jin, khususnya
jin jahat (setan).
Sesungguhnya menurut keyakinan pada aliran hikmah “gadungan”, semua
ilmu gaib memiliki memang khodam dari bangsa Jin atau malaikat
tergantung jenis ilmu dan siapa yang mengamalkan ilmu. Yang dimaksud
khodam dalam ilmu khodam adalah Jin Muslim atau malaikat yang akan
menjadi sahabat Anda. Dikatakan seseorang yang ingin berkhodam jin dan
menempatkan jin itu sebagai pembantu, hendaknya memiliki “senjata
pamungkas” yang ditakuti kalangan oleh Jin dengan memiliki ilmu gaib
yang bisa digunakan untuk menaklukkan bangsa jin, misalnya ilmu Asmak
Malaikat, Singo Wojo Bersani atau Hizbul Jan
Tidakkah mereka yang sangat suka meminta bantuan jin tidak membaca ayat dibawah ini ? Firman Allah Ta’ala :
Artinya : “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin : 6)
Artinya : “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin : 6)
Berikut ini contoh lain dari Hizib, yang banyak diyakini oleh para
pelakunya menyimpan daya kekuatan yang dahsyat. Hizib ini mereka namakan
dengan Hizib Bahr. Kalimat berikut hanya cuplikan dari rangkaian Hizib
Bahr yang panjang. Sengaja tidak ditulis lengkap sebagai tindakan
preventif.
Artinya : Bismillah itu pintu kami, Tabaroka itu
dinding kami, Yasin atap kami. Kaf ha ya ‘ain shod pencukup kami, ha mim
lain sin qof perlindungan kami.
Agar tampak berwibawa, musuh tunduk dan minta ampun. Caranya, puasa
7 hari, mulai hari Jum’at. Selama berpuasa, hizib itu dibaca ba’da
shalat fardhu sebanyak 3 kali. Pada hari ke-7 pati geni (tidak boleh
tidur, makan dan minum, merokok, bicara atau kumpul manusia lainnya).
Bila selesai, hizib ini rutin dibaca setelah shalat Ashar sekali,
setelah shalat Maghrib sekali. Sebelum baca hizib, kirim al-Fatihah
dahulu ke Nabi Muhammad, Syekh Abil Hasan as-Syadzili, dan kepada ruh
orang yang mengajari ajian ini. [3]
Dalam Hizib Nashr juga terdapat kalimat sebagai berikut,
Lalu dalam Hizib Nasr juga mengandung doa yang bid’ah lagi syirik, seperti kalimat berikut :

Wahai Allah! Dengan hak kaf ha’ ya ‘ain shad, cukupilah kami terhadap maksud jahad musuh dan binasakan mereka
Kalimat yang ada pada Hizib Bahr dan Hizib Nasr jelas termasuk kesyirikan yang tak terbantahkan lagi, karena menyatakan huruf Kaf ha ya ‘ain shod, ha mim lain sin qof, Ha’ mim ‘ain sin qaf sebagai pelindung dari mara bahaya.
Kalimat tersebut tidak pernah diucapkan oleh ulama salaf dimasa sahabat
atau sesudahnya. Apalagi dari rasulullah. Kalimat itu justru
membahayakan keimanan. Berlindung kepada huruf semacam ini persis degan
ajaran yang menyatakan bahwa setiap huruf dalam al-Qur’an banyak
khasiatnya. Hal ini sering dijelaskan dalam kitab-kitab berbau mistik
atau perdukunan seperti Syamsul Ma’arif atau Khazinatul Asrar. Pemahaman
seperti ini adalah sebentuk bid’ah, tidak selayaknya seorang muslim
memungut dan meyakininya. [4]
Padahal dalam al-Qur’an yang bisa menjadikan perlindungan dari kejahatan makhluk hanyalah Allah sebagaimana dalam ayat :
Artinya : “Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang
memelihara dan menguasai) manusia.Raja manusia. Sembahan manusia. Dari
kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, Yang membisikkan
(kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. Dari
(golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Naas: 1-6)
Tiada satupun tuntunan Rasulullah dalam berdoa yang menggunakan kalimat tersebut. Apakah hak huruf kaf ha’ ya ‘ain shad
di sisi Allah. Huruf itu tiada harganya disisi Allah, tidak
mempengaruhi nilai doa kita. Kita tahu, bahwa semua huruf dalam
Al-Qur’an tidak ada yang sia-sia sebagaimana ditegaskan dalam surat
At-Thariq : 89, tetapi sejauh mana huruf-hufur itu mempunyai hak? Perlu
penjelasan firman Allah sendiri atau rasul-Nya, selama tidak ada
penjelasan tidak boleh mengada-ada. Mengada-ada dalam hal ini disebut “Khurafat”.
Jadi hak-hak diatas adalah khurafat. Amal perbuatan dan pengabdian
kepada Allah yang bisa menjadi mediator agar doa kita dikabulkan Allah
haruslah sesuai tuntunan Allah. Allah ta’ala berfirman :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah
pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan “ (QS. Al-Maidah :35)
Abu Yusuf juga tidak senang seseorang berkata, “….dengan hak fulan….”
Abu Yusuf juga tidak senang seseorang berkata, “….dengan hak fulan….”
Al-Qaduru berkata, “Dilarang berdoa kepada Allah dengan ‘bihaqqi” makhluk tidak memiliki hak atas Allah.
Ibnu Taimiyah berkata, “Orang yang berdoa dengan menggunakan kata-kata dengan hak makaikat-Mu, dengan hak para nabi-Mu, dengan hak nabi fulan, dengan hak rasul-Mu fulan, dengan baitul haram, dengan zamzam, maqam Ibrahim, dengan gunung Thur atau baitul ma’mur merupakan doa yang tidak pernah dilakukan oleh rasulullah, sahabat dan para tabi’in. Bahkan Imam Hamifah dan pengikutnya seperti Abu yusuf menyatakan tidak boleh”. [5]
Adapun jika ada yang mengatakan dengan berdalil dengan doa dari
hadits riwayat Ibnu Majah Kitab Masajid (778) dan Ahmad Kitab Baqi
musnad mukhtsirin (10772) dengan untaian doa “Wahai Allah! Dengan hak orang-orang yang berdoa kepada-Mu dan hak perjalananku kepada-Mu ini,…………..”
hadits ini sangat lemah (dha’if jiddan) karena terdapat seorang perawi
bernama Fadhl bin Muwaffaq yang lemah dan Fudlail bin Marzuq, seorang
perawi yang selalu berkata bernar, tertuduh syi’ah, suka melamun, dan
menyampaikan hadits yang tidak tepat. [6]
Hizib lain yang diklaim sebagai ilmu Hikmah; yaitu Qulhu Geni (Api): Bunyinya (sengaja tidak dikasih harakat agar tidak ditiru)
Apabila rajah tersebut dibaca satu kali, maka terputuslah tangan kiri syetan. Bila dibaca dua kali, maka terputuslah tangan kanan syetan. Bila dibaca empat kali, maka hancurlah seluruh badan syetan.[7]
Perhatikan bagaimana lancangnya mereka melecehkan surat al-Ikhlas. Setelah basmalah, tertulis “Qul huwa Geni” (Katakahlah; Dialah api), meskpiun setelah itu dicantumkan “Qul huwalloohu ahad” (Katakahlah, Dialah Allah yang Maha Esa). Itu jelas merupakan ucapan syirik.
Selain itu ada juga Hizib Asror yang dapat mendatangkan jimat-jimat secara ghaib. KH. Ahmad Muhammad Suhaimiy [8]
menceritakan pengalamannya menjadi penakluk benda ghoib setelah
mengamalkan Hizib Asror. Beliau menceritakan bahwa ketika mengamalkan
Hizib Asror, tiba-tiba secara ghaib datang batu akik anti cukur, dan
tembak, batok bolu (tempurung berlobang tiga), cundrik (keris), besi
kuning, dan keong buntet. Setelah mendapatkan jimat-jimat itu KH. Ahmad
Muhammad Suhaimiy dihadapan masyarakat langsung mencoba berbagai jimat
yang telah didapatnya secara ghoib. Contohnya batu akik dimasukkan
kedalam gelas lalu ditembak senapan angin ternyata gelas tersebut tidak
pecah. [9]
Kisah yang hampir sama dialami Gus Wahid[10]
.
Beliau mendapatkan kemampuan ghaibnya yang dapat mengisi seseorang
hingga punya kekebalan, gerakan reflek, kewibawaan dll setelah
mewiridkan Hizib pemanggilan karamah Syekh Abdul Qadir Jaelani.
Bacaannya adalah : “Ya Allah, Ya Rasulullah, Ya Syekh Abdul Qadir
Jaelani, Ya Allah kulo nyuwun karamahipun Syekh Abdul Qadir
Jaelani.“Artinya :“Ya Allah, Ya Rasulullah Ya Syekh Abdul Qadir Jaelani,
Ya Allah saya minta karamahnya Syekh Abdul Qadir Jaelani” [11]
Istighatsah Hizib Untuk Menghadapi Masalah Dunia
Ada yang unik dalam tradisi politik Indonesia pada pertengahan tahun 2001. Ketika MPR menggelar sidang untuk menurunkan Abdurrahman Wahid, puluhan ribu pendukungnya dari sebagian besar kalangan muslim tradisionalis NU (Nahdlatul Ulama) menggelar istighatsah Hizib Nashr di Parkir Timur Senayan. Walaupun pada akhirnya apa yang mereka lakukan dengan membaca Hizib Nasr itu sia-sia saja, sebab tetap dengan Idzin Allah tetap saja Gud Dur turun dari kursi Presidennya.
Ada yang unik dalam tradisi politik Indonesia pada pertengahan tahun 2001. Ketika MPR menggelar sidang untuk menurunkan Abdurrahman Wahid, puluhan ribu pendukungnya dari sebagian besar kalangan muslim tradisionalis NU (Nahdlatul Ulama) menggelar istighatsah Hizib Nashr di Parkir Timur Senayan. Walaupun pada akhirnya apa yang mereka lakukan dengan membaca Hizib Nasr itu sia-sia saja, sebab tetap dengan Idzin Allah tetap saja Gud Dur turun dari kursi Presidennya.
Di sebagian besar kalangan muslim tradisional Indonesia, pembacaan
hizib seperti di Parkir Timur Senayan itu, tidak sekedar berdoa. Akan
tetapi juga merupakan bagian dari kentalnya tradisi supranatural yang
seringkali mempengaruhi sikap, langkah dan strategi mereka dalam
menghadapi arus politik, masalah-masalah sosial-kemasyarakatan serta
persaingan ekonomi.
Pada tahun 1998, Indonesia pernah ‘banjir’ amalan, hizib dan mantra, tepatnya pada saat mencuatnya isu pembantaian dukun santet oleh Ninja misterius yang bermula dari Banyuwangi dan menyebar hampir ke seluruh Tanah Jawa yang banyak membunuh para Kiai yang memang merangkap sebagai dukun santet [12]
.
Kalangan muslim tradisionalis memang seringkali menggunakan amalan dan
hizib sebagai ikhtiar dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Tradisi ini sangat kental di kalangan muslim tradisional, terutama di
lingkungan pesantren. Dari kentalnya, Muhammad Abdullah sampai menulis
buku khusus tentang itu dengan judul Peranan Hizib dan Wifiq dalam
Tradisi Pesantren.
Pada tahun 1998, Indonesia pernah ‘banjir’ amalan, hizib dan mantra, tepatnya pada saat mencuatnya isu pembantaian dukun santet oleh Ninja misterius yang bermula dari Banyuwangi dan menyebar hampir ke seluruh Tanah Jawa yang banyak membunuh para Kiai yang memang merangkap sebagai dukun santet [12]
Hizib SihirUntuk Menyakiti Seseorang
M. Sadat Ismail [13]
mengatakan, dalam dunia wirid terdapat sebuah hizib yang disebut Hizib
Sakron. Kata sakron berasal dari bahasa Arab yang berarti mabuk, artinya
Hizib ini ketika diwirid selama jangka waktu tertentu dan dalam
hitungan dan jumlah tertentu dapat menjadikan sasaran atau si korban
mabuk atau hilang ingatan. Konon “kemabukan” ini bias juga ‘ditembakkan’
kepada dua orang yang berbeda jenis kelamin, yakni laki-laki dan
perempuan. Ketika keduanya sama-sama mabuk. Si laki-laki akan mabuk pada
si permpuan, begitu juga sebaliknya siperempuan akan mabuk pada si
laki-laki. Kemabukan ini sama-sama tidak mampu untuk menahan diri. Maka
kemungkinan besar kedanya secara tidak sadar akan melakukan
perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma susila maupun norma-norma
agama. [14]
Ada juga sihir yang mempu menjadikan korbannya menderita kanker otak. Sihir ini dikalangan santri biasa disebut dengan amalan Hizib Namruz atau sihir Namruz, setidak-tidaknya begitulah penuturan seorang santri yang pernah beguru kepada seorang kyai yang memiliki perbendaharaan ilmu sihir. Entah disadari atau tidak, seseorang yang memiliki ilmu sihir ini sejatinya telah menyiapkan diri untuk menjadi penyihir, meski dia bergelar kyai. Ada lagi sebuah hizih yang memiliki kegunaan yang tidak kalah jahadnya, yang biasa disebut dengan Hizib bal’am atau Hizib la’nat. Sesuai dengan namanya, hizib ini konon merupakan warisan Bal’am.
Ada juga sihir yang mempu menjadikan korbannya menderita kanker otak. Sihir ini dikalangan santri biasa disebut dengan amalan Hizib Namruz atau sihir Namruz, setidak-tidaknya begitulah penuturan seorang santri yang pernah beguru kepada seorang kyai yang memiliki perbendaharaan ilmu sihir. Entah disadari atau tidak, seseorang yang memiliki ilmu sihir ini sejatinya telah menyiapkan diri untuk menjadi penyihir, meski dia bergelar kyai. Ada lagi sebuah hizih yang memiliki kegunaan yang tidak kalah jahadnya, yang biasa disebut dengan Hizib bal’am atau Hizib la’nat. Sesuai dengan namanya, hizib ini konon merupakan warisan Bal’am.
Kisah Bal’am diabadikan dalam al-Qur’an sebagai pengingat bahwa
ketinggian ilmu Hikmah “gadungan” atau pun kesaktian yang sering
diajarkan para Kyai pesantren tidak menjadi jamiman bahwa seseorang
dapat selamat dunia akhirat, akan tetapi sebaliknya justru bisa menjadi
sebab laknat yang dapat mengantarkan pada kehancuran dan kesengsaraan
dunia akhirat.
Menurut sebagian riwayat nama yang dimaksud adalah Umayah bin
Ash-Shalt, diabadikan dalam Al-Qur’an. Ada baiknya kita kutip ayat yang
berkisah tentang ulama Yahudi ini :”Dan bacakanlah kepada mereka berita
orang yang Telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan
tentang isi Al Kitab), Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat
itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), Maka jadilah
dia termasuk orang-orang yang sesat.” (Q.S. Al-A’raf:175) “Dan kalau
kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu
menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). Demikian Itulah perumpamaan orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka)
kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (Q.S. Al-A’raf:176)
Dalam ayat selanjutnya, Allah memberikan ancaman-Nya terhadap
orang-orang yang “sealiran” dengan Bal’am yaitu para Kyai yang
mengajarkan hizib untuk ilmu sihir terutama untuk menyakiti seseorang
dengan sihirnya, yang berani mendustakan ayat-ayat-Nya, sebagaimana
halnya yang dilakukan oleh seorang imam ulama Yahudi ini “Dan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami, nanti kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang
tidak mereka ketahui.” (Q.S. Al-A’raf:182). “Dan Aku memberi tangguh
kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.” (Q.S. Al-A’raf:183)[15]
Penjelasan Fotnote :
[1]
Kamus al-Munawwir: 259
[2]
Hadits ini lemah karena diriwayatkan oleh Darraj Abu Samhi. Dia lemah
riwayatnya yang berasal dari Abul Haitsam. Di-dho’if-kan oleh syaikh
Al-Albaniy dalam Adh-Dho’ifah (no. 517) (2/9).
[3]
Kitab Benteng Raksasa Mukmin: 133-138
[4]
H. Mahrus Ali dalam bukunya “Mantan Kyai NU Menggugat Sholawat dan
Dzikir Syirik (Nariyah, Al-Fatih, Munjiat, Thibbul Qulub)” penerbit Laa
Tasyuki Press, Surabaya, telah membongkar seluruh penyimpangan
Hizib-hizib, shalawat-shalawat bid’ah yang banyak dipakai oleh sebagian
besar pesantren NU.
[5]
Majmu’ Fatawa libni Taimiyah (27/133)
[6]
Lihat juga dalam kitab Zadul ma’ad (2/369)
[7]
Kitab Primbon Akbar Mujarrobat: 95-96
[8]
Beliau adalah seorang Direktur Pondok Pesantren Darul Falah Es Salafy Kemang Indah, mesuji, OKI Sumetera Selatan.
[9]
Untuk lebih jelas kisahnya pertaubatannya. Para pembaca sekalian bisa
membacanya pada Majalah Ghoib Edisi Khusus Dukun-dukun bertaubat.
Februari 2006.
[10]
Beliau adalah Pemimpin Pondok Pesantren Assalam, dusun Bunut Karang Lo Singosaru Malang
[11]
Untuk lebih jelas kisahnya pertaubatannya. Para pembaca sekalian bisa
membacanya pada Majalah Ghoib Edisi Khusus Dukun-dukun bertaubat.
Februari 2006.
[12]
Hingga sekarang sama sekali tidak diketahui siapa sebenarnya Ninja (dan
tokoh sentral dibelakangnya) yang menculik dan membunuh para Kyai
(pengamal ilmu hikmah gadungan) yang merangkap tukang sihir itu. Tetapi
saya sangat yakin mereka adalah orang-orang yang punya keterampilan
beladiri, penyamaran dan ahli penyusupan yang sangat profesional.
Mungkin saja sekelompok Ninja itu berpedoman pada fatwa para ulama
Ahlussumah, yaitu :
a. Al-Hafizh Ibnu Katsir ra berkata:
Telah berdalil dengan firman Allah:”—–sekiranya mereka beriman dan bertakwa…”,orang yang berpendapat mengkafirkan tukang sihir, sebagaimana riwayat dari Imam Ahmad bin Hambal dan sekelompok ulama salaf. Dikatakan bahwa dia tidak kafir, tetapi hukumannya ialah dibunuh, sebagaimana apa yang diriwayatkan oleh Syafi’i dan Ahmad, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Sofyan yaitu Ibnu Unayah dari Amr bin Dinar bahwa ia mendengar Bajlah bin Abdah berkata: ”Umar bin Khattab memutuskan bahwa setiap tukang sihir lelaki ataupun wanita dibunuh.Ia (Bajlah) berkata: Kemudian kami membunuh tiga tukang sihir.”Ia (Ibnu Katsir) berkata: Bukhari telah meriwayatkannya di dalam Shahih-nya.
b. Al-Hafizh ibnu Hajar ra berkata:
Menurut Malik bahwa hukum tukang sihir sama dengan hukum orang zindiq, maka tidak diterima taubatnya dan dibunuh sebagai hukumannya, jika terbukti melakukannya. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Ahmad.
[13]
M. Sadat Ismail adalah alumnus Aqidah-Filsafat IAIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta. M. Sadat Ismail pernah mondok dipesantren ‘Al-Munawir’
Krapyak Yogyakarta, dan sempat juga mondok di Pondok ‘Sirajul Muchlasin’
Payaman Magelang. M. Sadat Ismail telah khusus menulis buku yang
berjudul “The Magic of Kyai” Kemusyrikan di Balik Selubung Kesalehan.
Untuk membongkar kedok pesantren-pesantren yang mempunyai Kyai yang
merangkap tukang sihir yang mengajarkan atau melakukan ilmu sihir
melalui media wirid, jimat atau Hizib yang bid’ah lagi syirik.
[14]
“The Magic of Kyai” Kemusyrikan di Balik Selubung Kesalehan. Penerbit mediacita. Hal 110.
[15]
“The Magic of Kyai” Kemusyrikan di Balik Selubung Kesalehan. Penerbit mediacita. Hal 142-145
Sumber:
http://metafisis.net/2009/07/27/hakikat-kesesatan-ratib-dan-hizib/
[1]
[2]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
a. Al-Hafizh Ibnu Katsir ra berkata:
Telah berdalil dengan firman Allah:”—–sekiranya mereka beriman dan bertakwa…”,orang yang berpendapat mengkafirkan tukang sihir, sebagaimana riwayat dari Imam Ahmad bin Hambal dan sekelompok ulama salaf. Dikatakan bahwa dia tidak kafir, tetapi hukumannya ialah dibunuh, sebagaimana apa yang diriwayatkan oleh Syafi’i dan Ahmad, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Sofyan yaitu Ibnu Unayah dari Amr bin Dinar bahwa ia mendengar Bajlah bin Abdah berkata: ”Umar bin Khattab memutuskan bahwa setiap tukang sihir lelaki ataupun wanita dibunuh.Ia (Bajlah) berkata: Kemudian kami membunuh tiga tukang sihir.”Ia (Ibnu Katsir) berkata: Bukhari telah meriwayatkannya di dalam Shahih-nya.
b. Al-Hafizh ibnu Hajar ra berkata:
Menurut Malik bahwa hukum tukang sihir sama dengan hukum orang zindiq, maka tidak diterima taubatnya dan dibunuh sebagai hukumannya, jika terbukti melakukannya. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Ahmad.
[13]
[14]
[15]
Sumber:
http://metafisis.net/2009/07/27/hakikat-kesesatan-ratib-dan-hizib/
haram m
hara
m m
Tidak ada komentar:
Posting Komentar