Definisi sahabat –sebagaimana yang
disebutkan oleh Ibnu Hajar al-'Asqolaani (seorang ulama besar madzhab
Syafi'i) adalah : Orang yang bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dalam keadaan beriman kepadanya dan meninggal dalam keadaan
beriman kepadanya pula.
Karenanya barang siapa yang –setelah
wafatnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam- masih bisa bertemu dengan
Nabi dalam keadaan terjaga (tidak tidur) maka ia adalah termasuk jajaran
para sahabat. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar
rahimahullah. Beliau berkata :
ونُقِلَ عن جماعة من الصالحين أنهم رأوا
النبي صلى الله عليه وسلم في المنام ثم رأوه بعد ذلك في اليقظة وسألوه عن
أشياء كانوا منها متخوفين فأرشدهم إلى طريق تفريجها فجاء الأمر كذلك قلت وهذا مشكل جدا ولو حمل على ظاهره لكان هؤلاء صحابة ولأمكن بقاء الصحبة إلى يوم القيامة ويعكر عليه أن جمعا جما رأوه في المنام ثم لم يذكر واحد منهم أنه رآه في اليقظة وخبر الصادق لا يتخلف
"Dinukilan dari sekelompok orang-orang
sholeh bahwasanya mereka telah melihat Nabi shallallahu 'alahi wa sallam
dalam mimpi lalu merekapun melihatnya setelah itu dalam kondisi
terjaga. Lalu mereka bertanya kepada Nabi tentang perkara-perkara yang
mereka khawatirkan, maka Nabipun memberi arahan kepada solusi, lalu
datanglah solusi tersebut. Aku (Ibnu Hajar) berkata : Ini merupakan
perkara yang sangat menimbulkan permasalahan. Kalau
nukilan ini dibawakan kepada makna dzohirnya maka para orang-orang
sholeh tersebut tentunya adalah para sahabat Nabi, dan akhirnya
kemungkinan menjadi sahabat Nabi akan terus terbuka hingga hari kiamat.
Dan yang merusak makna dzohir ini bahwasanya ada banyak orang yang
telah melihat Nabi dalam mimpi lalu tidak seorangpun dari mereka
menyebutkan bahwa ia telah melihat Nabi dalam kondisi terjaga. Dan
pengkhabaran orang jujur tidak akan berbeda" (Fathul Baari 12/385)
Karenanya orang-orang yang
mengaku bertemu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam kondisi terjaga
(tidak tidur) maka mereka adalah para sahabat. Mereka adalah para
sahabat "BARU", yang belum sempat tertulis dalam buku-buku para ulama
yang menjelaskan tentang nama-nama dan biografi para sahabat. Ternyata
diantara para sahabat "baru" tersebut ada yang berasal dari tanah air
Indonesia, yaitu (1) Guru Ijai dari kota Banjarmasin dan (2) Habib Munzir dari Pancoran Jakarta.
Adapun sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam yang pertama adalah Guru Ijai "radhiallahu
'anhu??!!" (KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, seorang Tokoh Sufi
Banjarmasin), ia telah mengaku bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
keluar dari kuburnya dan bertemu dengannya. (lihat : http://www.youtube.com/watch?v=NtLfgfeaSvU).
Bahkan yang lebih parah Guru Ijai bukan
hanya mengaku bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tapi
juga mengaku Nabi mencium lututnya ??!!. Tokoh sufi Banjarmasin ini
sangat digandrungi oleh orang-orang besar Negara. Ia mengaku –di masa
hidupnya- banyak tokoh-tokoh yang telah menemuinya. Diantaranya
presiden, wakil presiden, para menteri, para jenderal, demikian juga
Duta Besar, bahkan Sultan Selangor (dari luar negeri).
Berikut transkrip perkataan guru Ijai :
((Dan pina-pinanya babinian-babinian
nang sama-sama handak ke masjid melihat ulun berkursi roda, anu…bagamis,
basurban anak ulun Muhammad di kanan dan Ahmad di kiri, pina-pinanya
babinian nang mesir turki iran, pinanya itu pinanya tecangan semunyaan,
iiih Cuma kedada takdir lalu kada kawin, maka pinanya babiniannya itu
burit ganal-ganal, munnya burit ganal tukan umpama ditunggang tukan
kinyal-kinyal, napa sunyi…? Hmm…)) (lihat https://app.box.com/s/i7qjgi3ty1gdnxmp954q,
dari menit ke 14:40)) Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, "Dan
sepertinya para wanita yang sama-sama ingin pergi ke masjid, ketika
melihat saya berkursi roda, anu…berpakaian gamis, bersurban, anak saya
yang bernama Muhammad di sebelah kanan dan Ahmad di sebelah kiri,
sepertinya para perempuan yang berasal dari Mesir, dari Turki, dan dari
Iran, sepertinya semuanya tercengang, akan tetapi tidak ada takdir
sehingga aku tidak kawin dengan mereka, maka sepertinya para wanita tersebut pantat-pantatnya besar-besar, kalau pantatnya besar itu, bukankah jika ditunggangi terasa kenyal-kenyal, napa sunyi…? Hmm…"
Guru Ijai juga berkata ((Masuk ke dalam
masjid mulai babussalam menuju raudhoh, maka terperangah urang di masjid
melihat terutama tentaranya, seakan-akan tentara itu tadi patuh lawas,
lalu memberikan jalan untuk kursi roda kita menuju raudhoh, urang nang
di raudhoh tu semuanya kagum, selesai ziarah ke makam Nabi, ulun ziarah
ke makan nabi polisi-polisi itu semua menjaga akan, begitu ziarah
membuka mata, kita melihat dan merasa akan, bahwa Rasulullah keluar dari kuburnya, dan selalu Rasulullah itu mencium "lintuhut ulun"
(dalam bahasa Banjar : Lutut Saya-pen), maka ulunpun gugur dari kursi
roda menangis karena rasa kada patut Rasulullah ini mencium lintuhut saurang,
percaya tidak percaya terserah, namun ulun badusta kada wani, malam
pertama, tatkala masuk madinah, maka melihat akan lampu-lampu di…apa
narannya itu di menara-menara masjid, kemudian, kita naik di atas mobil
duduk sampai di muka rumah, maka masing-masing anak buah turunan
badahulu, kita kada kawa turun karena batis dan parut bangkak, kemudian
naik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke dalam motor lalu
maangkat ulun, menuntun sampai ke ranjang, maka ulun menangis, lalu
teguring, sekali bangun siti Fatimah dan semua urang nang baqi’il
gharqad kada ketinggalan istri nabi semuanya dan syeikh seman madani dan
semua shahabat-shahabat nabi semua ada dihiga ulun, ulun melihat,
menangis pulang sampai urang adzan pertama, sebelum subuh, semua
mengatakan aku tahu ikam garing, semestinya ikam kada usah kemari karena
ikam sakit, tapi ikam kesini jua, jadi aku nang mendatangi ke rumah
ikam, supaya ikam biar kada usah lagi ke kubur aku, subhanallah sangat
berkesanlah umrah kita pada sekali itu) (lihat https://app.box.com/s/i7qjgi3ty1gdnxmp954q, dari menit ke 25:36)
(Ditranskrip oleh sahabat saya Ustadz
Ahmad Zainuddin, Lc hafizohullah yang berasal dari Banjarmasin, karena
dalam ceramahnya Guru Ijai terkadang menggunakan lafal-lafal dari bahasa
Banjarmasin).
Lihatlah dalam pengakuan Guru Ijai di atas :
- Dalam kondisi terjaga, ia melihat Nabi keluar dari kuburannya
- Nabi mencium lututnya !!!
- Nabi mengantarnya sampai ke ranjangnya…
- Seluruh sahabat Nabi dan seluruh istri-istri Nabi juga bertemu dengannya –dalam keadaan terjaga-?
Sungguh… super khurofat kelas kakap..!!!, bukankah jumlah sahabat yang dikubur di Baqi' puluhan ribu??!
Inikah sahabat Nabi dari tanah air Indonesia…??, lihatlah juga perkataan pornonya : ((para wanita tersebut pantat-pantatnya besar-besar, kalau pantatnya besar itu, bukankah jika ditunggangi terasa kenyal-kenyal)),
perkataan yang diucapkan oleh Guru Ijai dihadapan murid-muridnya tanpa
malu-malu. Di masjid Nabawi…, tatkalau mau ziarah makam Nabi malah
berpikiran porno…??
Adapun sahabat Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam yang kedua adalah Habib Munzir Al-Musaawa "radhiallahu
'anhu??!!". Ia telah meyakini bahwasanya ruh Nabi hadir dalam acara
maulid yang dirayakannya. Habib Munzir berkata dalam ceramahnya ((Jangan
diantara kalian merasa kalau di dalam maulid itu ruh Nabi tidak hadir.
Kalau orang merasa ruh Nabi tidak hadir dalam maulid berarti dia
mahjuub, dia tertutup dari cinta kepada Nabi)). Lalu Habib
Munzir menceritakan bahwa malamnya Nabi datang dalam mimpinya dan
menegur agar Habib Munzir tidak mengucapkan kata-kata kasar dan
marah-marah kepada hadirin, karena yang hadir di acara maulid adalah
tamu-tamu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Akan tetapi hendaknya
Habib Munzir menyampaikan kepada para mereka yang menghadiri acara
maulid bahwasanya Nabi mencintai mereka dan Nabi merindukan mereka.
(Silahkan lihat di : http://www.youtube.com/watch?v=4mo8nw-skPE)
Dan kita ketahui bersama bahwasanya
barang siapa yang bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
–meskipun tidak bisa melihatnya dengan kedua matanya- maka ia tetap
digolongkan sebagai sahabat. Karenanya Abdullah bin Umi Maktum
radhiallahu 'anhu tetap dikatakan sebagai sahabat meskipun kedua matanya
buta akan tetapi beliau bertemu dengan Nabi dan semajelis dengan Nabi.
Sebagaimana Habib Munzir yang meyakini bahwa Nabi semajelis dengan
beliau tatkala beliau merayakan maulid Nabi shallallahu 'alahi wa
sallam.
Tentunya kita –sebagai orang Indoensia-
sangatlah bangga ternyata ada diantara para sahabat Nabi yang berasal
dari tanah air??. Ternyata fenomena munculnya "Sahabat Nabi BARU" ini
bukanlah fenomena yang baru dalam dunia Islam. Telah banyak tokoh-tokoh
sufiyah yang mengaku bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
dalam keadaan terjaga dan tidak tidur. Diantara mereka adalah :
Pertama : Ahmad At-Tijaaani.
Thoriqot At-Tijaaniyah
mengakui bahwa imam mereka Ahmad At-Tijaani sering bertemu dengan Nabi
dan bercengkrama dengan Nabi shallallahu 'alahi wasallam.
Mereka berkata :
مما لسيدنا رضي الله عنه
من الكرامات المأثورة والمناقب المشهورة، رؤيته واجتماعه بسيد الأنام عليه
الصلاة والسلام في حال اليقظة والمشافهة لا في حال المنام ، وهي لدى الرجال
الكاملين أجل مقصد وأسنى مرام
"Diantara keistimewaan sayyid kami
(Ahmad At-Tijaani) radhiallahu 'anhu berupa karomat yang diriwayatkan
dan juga manaqib yang masyhuur adalah beliau melihat dan berkumpul
dengan pemimpin manusia (Nabi Muhammad) shallallahu 'alaihi wasallam
dalam kondisi terjaga dan dalam kondisi saling berbicara bukan dalam
kondisi tidur. Dan karomat ini merupakan tujuan yang mulia dan impian
yang tertinggi di sisi orang-orang yang sempurna" (Sebagaimana mereka
akui di website mereka : http://www.tidjaniya.com/ar/vision-prophete-etat-veille.php)
Dengan demikian maka Ahmad At-Tijaani
telah mengambil cara beragama tarikat At-Tijaaniyah langsung dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (lihat : http://www.youtube.com/watch?v=Zh5cWQMaaIg).
Tidak seperti Al-Imam Asy-Syafi'i (dan juga seluruh imam madzhab, dan
juga seluruh para ulama) yang harus melalui perantara sanad (dangan para
perawi) untuk bisa menukil dari Rasulullah.
Kedua : Ahmad Ar-Rifaa'i
Dari Syaikh 'Izzuddin Abul Afaroj Al-Waasithy ia berkata :
كنت مع شيخنا ومفزِعنا
وسيدنا أبي العباس القطب الغوث الجامع الشيخ السيد أحمد الرفاعي الحسيني
رضي الله عنه، عام خمس وخمسين وخمسمائة العام الذي قدّر الله له فيه الحج،
فلما وصل مدينة الرسول صلى الله عليه وسلم، وقف تجاه حجرة النبي عليه
الصلاة والسلام وقال على رءوس الأشهاد:
“السلام عليك يا جدي”،
فقال له عليه الصلاة والسلام: “وعليك السلام يا ولدي”. سمع ذلك كل من في
المسجد النبوي. فتواجد سيدنا السيد أحمد وأرعد واصفرّ لونه وجثا على ركبتيه
ثم قام وبكى وأنَّ طويلا وقال:
يا جداه:
في حالة البعد روحي كنت أرسلها … تقبل الأرض عني وهيَ نائبتي
وهذه دولة الأشباح قد حضرتْ … فامددْ يمينك كي تحظى بها شفتي
فمدَّ له رسول الله صلى
الله عليه وسلم يده الشريفة العطرة من قبره الأزهر المكرم فقبلها السيّد
أحمد الرفاعي رضي الله عنه في ملأ يقرُبُ من تسعين ألف رجل والناس ينظرون
اليد الشريفة
"Aku bersama guru kami, sayyid kami
Al-Quthub, Al-Ghouts Al-Jaami', Abul 'Abbaas Asy-Syaikh As-Sayyid Ahmad
Ar-Rifaa'i Al-Husaini radhiallahu 'anhu pada tahun 555 Hijriyah yaitu
tahun dimana Allah menaqdirkan beliau untuk berhaji. Tatkala beliau
sampai di kota Madinah maka beliau berdiri ke arah kuburan Nabi 'alaihi
as-sholaatu wassalaam dan beliau berkata di hadapan banyak orang :
"Assalaamu'alaika wahai kakekku"
Maka Nabi 'alaihi as-sholaatu wassalaam menjawab : "Wa'alaikas salaam wahai putraku"
Semua orang yang ada di masjid Nabawi
mendengar jawaban Nabi tersebut. Maka Sayyid Ahmad Ar-Rifaa'i pun
gemetar dan pucat warna kulitnya lalu iapun tersungkur di atas kedua
lututnya lalu beliau berdiri dan menangis lama dan berkata :
"Tatkala aku jauh (darimu) akupun mengirim ruhku….untuk mencium tanah tanah dan itu adalah wakil diriku…
Dan inilah orang-orang telah hadir… maka ulurkanlah tanganmu agar bibirku bisa menciumnya…
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengeluarkan tangannya yang mulia yang harum dari kuburannya yang mulia, lalu dicium oleh As-Sayyih Ahmad Ar-Rifaa'i dihadapan banyak orang yang berjumlah sekitar 90 ribu, dan orang-orang melihat tangan Nabi yang mulia..
(Sebagaimana dinukil dalam website toriqoh Ar-Rifaa'iyah : http://rifaiyyah.com/?page_id=40)
Ketiga : Mantan Mufti Mesir DR Ali Jum'ah. Ia mengaku telah bertemu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam kondisi terjaga. (silahkan lihat http://www.youtube.com/watch?v=rg610HvsQUs)
Pengingkaran Ulama Syafi'iyah Terhadap Khurofat Ini
Para ulama madzhab Syafi'iyyah telah
mengingkari khurofat bertemu Nabi shallallahu 'alahi wasallam dalam
kondisi terjaga setelah wafatnya Nabi. Diantara mereka adalah :
Pertama : Al-Hafiz Ibnu Hajar al-'Asqolani rahimahullah, beliau telah menukil perkataan Abu Bakr bin al-'Arobi sbb :
وَشَذَّ بَعْضُ الصَّالِحِيْنَ فَزَعَمَ أَنَّهَا تَقَعُ بِعَيْنِي الرَّأَسِ حَقِيْقَةً
"Dan telah aneh sebagian orang-orang
sholeh, mereka menyangka bahwa mimpi ketemu Nabi shallallahu 'alahi wa
sallam akan menjadi kenyataan (di alam nyata)" (Fathul Baari 12/384)
Ibnu Hajar juga berkata :
وَقَدِ اشْتَدَّ إِنْكَارُ الْقُرْطُبِي
عَلَى مَنْ قَالَ مَنْ رَآهُ فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَأَى حَقِيْقَتَهُ
ثُمَّ يَرَاهَا كَذَلِكَ فِي الْيَقْظَةِ
"Sungguh Al-Qurthubi telah mengingkari
dengan keras terhadap orang yang berkata bahwasanya barang siapa yang
melihat Nabi dalam mimpi maka sungguh telah melihatnya hakikat Nabi,
kemudian dia melihatnya juga dalam keadaan terjaga" (Fathul Baari
12/385)
Dan telah lalu perkataan Ibnu Hajar :
وَنُقِلَ عن جماعة من الصالحين أنهم رأوا
النبي صلى الله عليه وسلم في المنام ثم رأوه بعد ذلك في اليقظة وسألوه عن
أشياء كانوا منها متخوفين فأرشدهم إلى طريق تفريجها فجاء الأمر كذلك قلت
وهذا مشكل جدا ولو حمل على ظاهره لكان هؤلاء صحابة ولأمكن بقاء الصحبة إلى
يوم القيامة ويعكر عليه أن جمعا جما رأوه في المنام ثم لم يذكر واحد منهم
أنه رآه في اليقظة وخبر الصادق لا يتخلف
"Dinukilan dari sekelompok orang-orang
sholeh bahwasanya mereka telah melihat Nabi shallallahu 'alahi wa sallam
dalam mimpi lalu merekapun melihatnya setelah itu dalam kondisi
terjaga. Lalu mereka bertanya kepada Nabi tentang perkara-perkara yang
mereka khawatirkan, maka Nabipun memberi arahan kepada solusi, lalu
datanglah solusi tersebut. Aku (Ibnu Hajar) berkata : Ini merupakan
perkara yang sangat menimbulkan permasalahan. Kalau nukilan ini
dibawakan kepada makna dzohirnya maka para orang-orang sholeh tersebut
tentunya adalah para sahabat Nabi, dan akhirnya kemungkinan menjadi
sahabat Nabi akan terus terbuka hingga hari kiamat. Dan yang merusak
makna dzohir ini bahwasanya ada banyak orang yang telah melihat Nabi
dalam mimpi lalu tidak seorangpun dari mereka menyebutkan bahwa ia telah
melihat Nabi dalam kondisi terjaga. Dan pengkhabaran orang jujur tidak
akan berbeda" (Fathul Baari 12/385)
Kedua
: Adz-Dzahabi rahimahullah menyatakan bahwa orang yang mengaku telah
mendengar suara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan terjaga
sebagai Dajjaal dan Pendusta, lantas bagaimana jika orang tersebut
mengaku melihat dan bertemu ruh Nabi atau jasad Nabi??
Adz-Dzahabi rahimahullah berkata :
الربيع بن محمود المارديني، دجال مفتر، ادعى الصحبة والتعمير في سنة تسع وتسعين وخمسمائة.
"Ar-Robii' bin Muhammad Al-Mardini :
Dajjaal pendusta, ia mengaku sebagai seorang sahabat dan dipanjangkan
umurnya pada tahun 599 Hijriyah" (Mizaanul I'tidaal 2/42)
Ibnu Hajar rahimahullah berkata :

"Ar-Robii' bin Mahmuud Al-Maardini. Ia
termasuk syaikh-syaikh kaum sufiyah, dan ia mengaku sebagai seorang
sahabat. Demikianlah yang disebutkan oleh Adz-Dzhabi dalam kita Mizaanul
I'tidaal. Dan dikatakan ia adalah Dajjal (pendusta) yang pada tahun 599
H, ia mengaku sebagai seorang sahabat dan berumur panjang…
Aku (Ibnu Hajar) berkata : Yang nampak
bagiku dari ceritanya adalah yang dimaksud dengan "sahabat" yang diakui
olehnya adalah kabar yang datang tentang dirinya bahwasanya ia melihat
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam mimpi tatkala ia di kota Madinah
yang mulia. Maka Nabi berkata kepadanya, "Engkau telah beruntung di
dunia dan di akhirat". Lalu Ia (Ar-Robii' bin Mahmud) setelah terjaga
dari tidurnya mengaku bahwa ia mendengar Nabi mengatakan
demikian.(Al-Isoobah 2/223, biografi no 2745)
Ketiga : Al-Hafiz Ibnu Katsir rahimahullah.
Dalam kitabnya Al-Bidaayah wa
An-Nihaayah –pada biografi Abul Fath At-Thuusy (Ahmad bin Muhammad bin
Muhammad)- Ibnu Katsir berkata :
ثُمَّ أَوْرَدَ ابْنُ
الْجَوْزِيِّ أَشْيَاءَ مُنْكَرَةً مِنْ كَلَامِهِ فاللَّه أَعْلَمُ، مِنْ
ذَلِكَ أَنَّهُ كَانَ كُلَّمَا أَشْكَلَ عَلَيْهِ شَيْءٌ رَأَى رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْيَقَظَةِ فَسَأَلَهُ
عَنْ ذلك فدله على الصواب
"Kemudian Ibnul Jauzi menyebutkan
perkara-perkara yang mungkar dari perkataan Abul Fath At-Thusy –Allahu
A'lam- diantaranya bahwasanya setiap kali Abul Fath mengalami kesulitan
tentang sesuatu maka iapun melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam dalam keadaan terjaga, lalu ia bertanya kepada Rasulullah tentang
perkara yang menyulitkan tadi, lalu Nabi menunjukkan kebenaran
kepadanya" (Al-Bidaayah wa An-Nihaayah 12/196).
Sangat jelas bahwasanya bertemunya
seseorang -dalam keadaan terjaga- dengan Nabi merupakan perkara yang
mungkar menurut Ibnul Jauzi, dan hal ini diakui oleh Ibnu Katsir.
Keempat : As-Sakhoowi rahimahullah
Al-Qostholaani berkata :
وأما رؤيته- صلى الله
عليه وسلم- فى اليقظة بعد موته- صلى الله عليه وسلم- فقال شيخنا: لم يصل
إلينا ذلك عن أحد من الصحابة، ولا عن من بعدهم.
وقد اشتد حزن فاطمة عليه-
صلى الله عليه وسلم- حتى ماتت كمدا بعده بستة أشهر- على الصحيح- وبيتها
مجاور لضريحه الشريف، ولم ينقل عنها رؤيته فى المدة التى تأخرت عنه
"Adapun melihat Nabi shallallahu 'alahi
wasallam dalam keadaan terjaga (tidak tidur) setelah wafatnya Nabi, maka
guru kami (As-Sakhoowi rahimahullah) berkata : "Tidaklah sampai kepada
kami hal tersebut (melihat Nabi dalam keadaan terjaga) dari seorangpun
dari kalangan para sahabat Nabi, dan juga dari kalangan setelah para
sahabat. Dan sungguh telah berat kesedihan Fathimah atas wafatnya Nabi
shallallahu 'alahi wa sallam, sampai-sampai Fathimah -setelah enam bulan
menurut pendapat yang shahih- akhirnya meninggal karena kesedihan yang
amat parah. Padahal rumahnya berdekatan dengan kuburan Nabi yang mulia,
akan tetapi tidak dinukilkan dari Fathimah bahwa beliau melihat Nabi di
masa –enam bulan tersebut-" (Al-Mawaahib Al-Laduniyah bi Al-Minah
Al-Muhammadiyah 2/371)
Demikianlah perkataan para ulama madzhab
Syafi'iyyah dan pengingkaran mereka terhadap orang yang mengaku melihat
Nabi dalam keadaan terjaga (tidak tidur)
BANTAHAN
Tentunya jika memang –setelah wafatnya
Nabi- ruh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masih hadir dalam acara
maulid, atau memungkinkan untuk melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam dalam keadaan terjaga maka melazimkan hal-hal berikut :
Pertama : Berarti Ruh
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bisa berjumlah ganda. Karena sangat
memungkinkan dalam satu waktu (terutama tanggal 12 Robi'ul Awwal)
dilaksanakan banyak maulid Nabi di penjuru dunia. Dan ruh Nabi akan
hadir di acara-acara maulid tersebut ??!!. Karenanya tidaklah
mengherankan jika sebagian orang-orang yang melaksanakan acara maulid
berdiri serentak dalam rangka menyambut kedatangan Nabi shallallahu
'alaihi wasallam dalam acara mereka !!. Bukankah tatkala Nabi masih
hidup saja beliau tidak bisa menjadikan jasad beliau ganda berada di dua
tempat apalagi setelah meninggal??.
Ataukah maksud Habib Munzir bahwasanya
ruh Nabi hanya hadir di acara maulid yang dihadiri oleh Habib Munzir
saja, agar ruh Nabi tetap dikatakan hanya satu??!
Kedua : Meyakini ruh
Nabi masih bisa berjalan-jalan diatas muka bumi melazimkan kita masih
bisa berkomunikasi dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, meminta
Nabi untuk memberi solusi tentang permasalahan-permasalahan yang
dihadapi. Dan ini tentunya merupakan khurofat besar. Bukankah terjadi
perselisihan diantara para sahabat karena kesalahpahaman dan peran kaum
khowarij sehingga terjadi pertumpahan darah, lantas kenapa mereka (para
sahabat) tidak berdiskusi dengan ruh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
untuk memecahkan permasalahan dan memberi solusi dalam perselisihan
mereka??.
Demikian juga kisah Fatimah radhiallahu
'anhaa yang menuntut warisan Nabi shalallahu 'alaihi wasallam kepada Abu
Bakar radhiallahu 'anhu. Lantas kenapa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam tidak menemui Fathimah atau Abu Bakar dan menjelaskan hukum
yang sebenarnya atau menengahi mereka berdua??!
Ketiga : Jika ada yang
berkata bahwa ruh Nabi hanya muncul di acara maulid, tentunya para
sahabat akan sangat bersemangat untuk mengadakan acara maulidan setiap
tahun, karena kerinduan dan kecintaan mereka terhadap Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam. Dan tentunya untuk bisa berdiskusi dengan Nabi ??!!.
Atau bila perlu para sahabat akan melaksanakan acara maulid Nabi setiap
hari demi bisa berjumpa dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam !!
Apakah ada orang sekarang yang mengaku lebih cinta dan lebih rindu kepada Nabi daripada para sahabat??!!
Keempat : Jika bisa
bertemu dengan ruh Nabi melazimkan orang yang bertemu tersebut adalah
para sahabat. Karena definisi seorang sahabat –sebagaimana dijelaskan
oleh Ibnu Hajar al-'Asqolani dan ulama yang lainnya- adalah : "Seseorang
yang bertemu dengan Nabi dalam keadaan beriman dan orang tersebut
meninggal dalam keadaan beriman". Jika perkaranya demikian maka para
sahabat tidak hanya terhenti pada zaman Nabi shallahu 'alaihi wasallam
tapi akan bisa berlanjut hingga hari kiamat.
Karenanya buku yang ditulis oleh Ibnu
Hajar rahimahullah dengan judul (الإِصَابَةُ فِي مَعْرِفَةِ
الصَّحَابَةِ) yang menjelaskan tentang nama-nama sahabat adalah buku
yang penuh dengan kekurangan. Karena masih terlalu banyak sahabat baru
yang datang belakangan karena ketemu ruh Nabi, atau ketemu Nabi dalam
keadaan terjaga.
Kelima : Dan jika masih
bisa ketemu Nabi setelah wafat beliau dalam keadaan terjaga maka
tentunya buku-buku hadits yang ada sekarang seperti shahih Al-Bukhari,
shahih Muslim, Musnad Al-Imam Ahmad, Sunan Abi Dawud, Sunan
At-Thirmidzi, Sunan Ibni Maajah, Sunan An-Nasaai, Sunan Ad-Daarimi,
Sunan Al-Baihaqi, dll…, ternyata masih jauh dari kelengkapan. Karena
masih banyak hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat "baru"
yang bertemu dengan Nabi dan ngobrol-ngobrol dengan Nabi setelah
wafatnya Nabi. Diantara sahabat tersebut –sebagaimana telah lalu- adalah
Ahmad At-Tijany "radhiallahu 'anhu", Ahmad Ar-Rifaa'i radhiallahu
'anhu, DR Ali Jum'ah radhiallahu 'anhu, dan juga Habib Munzir radhiallahu 'anhu??!!
Keenam : Jika bisa
ketemu ruh Nabi dalam kondisi terjaga (setelah wafatnya Nabi) maka
sungguh perjalanan jauh yang ditempuh oleh Al-Imam Al-Bukhari dan para
ahli hadits lainnya dalam mengumpulkan hadits-hadits Nabi merupakan
pekerjaan yang tolol dan membuang-buang waktu dan energi serta biaya.
Sebenarnya caranya mudah saja, yaitu janjian sama Nabi shallallahu
'alahi wasallam untuk ketemuan lalu belajar langsung dari Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ketujuh : Jika bisa
bertemu Nabi dalam keadaan terjaga (setelah wafat beliau), maka
pernyataan para ulama "Buku yang paling shahih/valid/benar setelah
al-Qur'an adalah kitab Shahih Al-Bukhari' merupakan pernyataan yang
sangat ngawur. Karena dalam kitab Shahih Al-Bukhari, al-Imam Al-Bukhari
masih meriwayatkan hadits-hadits Nabi melalui perantara jalur-jalur
sanad yang dalam satu sanad terdapat beberapa perawi. Adapun para
sahabat "baru" yang bertemu Nabi dalam keadaan terjaga (setelah wafatnya
Nabi) mereka telah meriwayatkan langsung dari Nabi tanpa perantara.
Jadi kalau hadits-hadits "sahabat baru' ini dikumpulkan maka lebih
shahih daripada kitab Shahih Al-Bukhari.
Kedelapan : Jika
ternyata setelah wafat Nabi masih bisa berjalan-jalan di dunia dan
muncul di dunia untuk bertemu dengan para sahabat, maka buat apa para
sahabat menangis dan bersedih tatkala meninggalnya Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam??!!. Bukankah seharusnya mereka santai saja…, toh
tidak ada bedanya antara Nabi sebelum dan sesudah wafat…, sama saja
masih hidup dan masih bisa ditemui dan diajak ngobrol dan diskusi ??!!
Kesembilan : Jika Nabi
masih bisa berjalan-jalan di dunia setelah wafatnya, lantas kenapa Umar
bin Al-Khottoh bertawassul meminta paman Nabi yaitu Al-'Abbas bin Abdil
Muttholib untuk mendoakan agar Allah menurunkan hujan??, kenapa Umar
tidak langsung saja ketemu ruh Nabi dan meminta Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam untuk berdoa agar Allah menurunkan hujan??!!
Kesepuluh : Jika ruh
Nabi berjalan-jalan di dunia berarti orang-orang yang menziarahi kuburan
Nabi dan memberi salam kepada Nabi ternyata hanyalah menziarahi jasad
Nabi yang kosong dari ruhnya. Dan barang siapa yang menganggap bisa
ketemu Nabi secara lengkap –jasad dan ruhnya- setelah wafatnya Nabi,
berarti kuburan Nabi lagi kosong sama sekali, sehingga para penziarah
hanya menziarahi kuburan kosong??!!
Tentunya khurofat bertemu Nabi dalam kondisi terjaga sangatlah bertentangan dengan hadits berikut ini :
ألا وإن أول الخلائق يكسى
يوم القيامة إبراهيم ألا وإنه يجاء برجال من أمتي فيؤخذ بهم ذات الشمال
فأقول يا رب أصيحابي فيقال إنك لا تدري ما أحدثوا بعدك فأقول كما قال العبد
الصالح { وكنت عليهم شهيدا ما دمت فيهم فلما توفيتني كنت أنت الرقيب عليهم
وأنت على كل شيء شهيد } فيقال إن هؤلاء لم يزالوا مرتدين على أعقابهم منذ
فارقتهم
"Ketahuilah bahwasanya yang pertama kali
dipakaikan pakaian pada hari kiamat adalah Ibrahim 'alaihis salam.
Ketahuilah akan didatangkan beberapa orang dari umatku lalu di bawa ke
arah kiri (ke neraka-epn). Maka aku berkata, "Wahai Robbi, mereka adalah
para sahabatku yang sangat sedikit". Maka dikatakan kepadaku,
"Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang telah mereka ada-adakan
setelahmu". Maka akupun berkata sebagaimana perkataan seorang hamba yang
sholeh (Nabi Isa-pen) : "dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka,
selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku,
Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan
atas segala sesuatu" (QS Al-Maaidah : 117). Maka dikatakan :
Sesungguhnya mereka selalu kembali ke belakang mereka (murtad) semenjak
engkau berpisah dari mereka" "(HR Al-Bukhari no 4652 dan Muslim no 2860)
Tentunya jika Nabi masih bisa
berjalan-jalan setelah wafat beliau maka beliau akan mengetahui apa yang
terjadi dengan sebagian sedikit orang-orang pernah bertemu dengannya
lalu murtad setelah wafat beliau.
Demikian juga dengan Nabi Isa 'alaihis
salaam yang pada hakekatnya ia belumlah meninggal akan tetapi diangkat
oleh Allah ke langit. Meskipun belum meninggalpun Nabi Isa tidak
mengetahui apa yang terjadi dengan kaumnya setelah ia berpisah dari
mereka. Lantas bagaimana dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang
telah meninggal dunia??.
Catatan :
Mereka yang menyatakan bisa bertemu
dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam kondisi terjaga, telah
berdalil dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
مَنْ رآنِي فِي الْمَنَامِ فَسَيَرَانِي فِي الْيَقْظَةِ
"Barang siapa yang melihatku dalam mimpi
maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga" (HR Al-Bukhari no 6993
dan Muslim no 2266)
Sisi pendalilan adalah sabda Nabi "Ia akan melihatku dalam kondisi terjaga".
Bantahan terhadap pendalilan ini adalah:
Pertama :
Hadits ini tidaklah sebagaimana yang mereka pahami. Para ulama telah
menjelaskan maksud dan makna hadits ini. Diantaranya Al-Imam An-Nawawi
rahimahullah, beliau berkata :
"...سيراني في اليقظة
ففيه أقوال أحدها المراد به أهل عصره ومعناه أن من رآه في النوم ولم يكن
هاجر يوفقه الله تعالى للهجرة ورؤيته صلى الله عليه وسلم في اليقظة عيانا
والثاني معناه أنه يرى تصديق تلك الرؤيا في اليقظة في الدار الآخرة لأنه
يراه في الآخرة جميع أمته من رآه في الدنيا ومن لم يره والثالث يراه في
الآخرة رؤية خاصته في القرب منه وحصول شفاعته"
"…(Dia akan melihatku dalam keadaan terjaga), maka ada beberapa pendapat.
Pertama
: Maksudnya adalah orang-orang yang tinggal semasa dengan Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan maknanya adalah : Barang siapa yang
melihatnya di dalam tidur dan belum berhijroh, maka Allah akan
memberikan taufiq kepadanya untuk berhijroh dan melihat Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam dalam kondisi terjaga .
Kedua
: Maknanya adalah ia melihat kebenaran mimpi tersebut dalam kondisi
terjaga di akhirat, karena semua umat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
akan melihat Nabi di akhirat, baik yang pernah melihatnya di dunia
ataupaun yang tidak melihatnya di dunia
Ketiga
: Ia akan melihat Nabi di akhirat dengan penglihatan yang khusus yaitu
dekat dengan Nabi dan akan memperoleh syafa'atnya" (Al-Minhaaj syarh
Shahih Muslim 15/26)
Kedua :
Kalau kita memahami hadits ini sebagaimana yang dipahami oleh mereka,
maka melazimkan setiap orang yang bermimpi ketemu Nabi maka pasti ia
akan melihat Nabi dalam kondisi terjaga. Dan ini adalah perkara yang
didustakan oleh kenyataan. Karena kenyataannya, banyak orang yang
bermimpi ketemu Nabi shallallahu 'alahi wa sallam dalam mimpi akan
tetapi mereka tidak melihat Nabi dalam kondisi terjaga.
sumber: disini
sumber: disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar